05 March 2007

Hadist dan kitab-kitab tauhid

Ayat Inti: Al Qur’an ayat 34 surat 24 (An Nuur), Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

Saat ini banyak umat yang menggunakan penjelasan ayat kitab-kitab tauhid (Taurat, Zabur, Injil, dan Al quran), dengan satu tujuan yaitu untuk lebih mengerti arti dari firman Allah.

Dalam pelaksaanaanya orang sering terjebak, penjelasan tersebut menjadi nomor satu dan firman Allah dalam kitab-kitab tauhid menjadi nomor dua. Penjelasan dijadikan sumber hukum/aturan yang lebih banyak digunakan dibanding dengan aturan-aturan yang ada dalam kitab-kitab tauhid.

Umat tidak dapat membedakan lagi mana hukum/aturan yang bersumber dari ayat-ayat suci Allah, mana yang bersumber dari hasil pikiran manusia, karena mereka terlalu sering menggunakan penjelasan manusia ketimbang mencari penjelasan dari firman Allah (kitab-kitab Tauhid).

Maka kita akan bertanya, bagaimana pikiran manusia yang tidak sempurna menjelaskan ayat-ayat suci Allah yang sempurna ?

Siapa yang berhak menjelaskan ayat-ayat suci Allah ?

1) Kitab Zabur, Firman Tuhan memberikan penerangan.
Kitab Zabur 36:9 (36-10) Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang.
Kitab Zabur 119:105 Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.
Kitab Zabur 119:130 Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh
.

2) Kitab Injil, Yesus menjelaskan isi Alkitab.
Lu 24:27 Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.



3) Al Qur’an, adalah penjelasan yang sepurna.
Al Qur’an Ayat 52 surat Ibrahim, (Al Qur'an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.

Dalam ke-4 kitab tauhid cukup jelas bahwa yang berhak dan benar untuk menjelaskan firman Allah adalah Allah sendiri melalui firman-Nya, bukan pembicaraan/perilaku para nabi/manusia. Allah yang menurunkan wahyu, Allah juga yang menerangkan-Nya melalui nabi-nabinya.

Apa tugas nabi-nabi Allah ? menjelaskan atau menyampaikan/meneruskan firman Allah ?



1) Nabi Musa, menyampaikan/memberitahukan firman Allah.
Kitab Taurat Keluaran 24:3, Lalu datanglah Musa dan memberitahukan kepada bangsa itu segala firman TUHAN dan segala peraturan itu, maka seluruh bangsa itu menjawab serentak: "Segala firman yang telah diucapkan TUHAN itu, akan kami lakukan."

2) Nabi Isa, berkata-kata bukan dari dirinya sendiri.
Kitab Injil Yoh 12:49, Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan.

1) Nabi Muhammad pemberi peringatan/pembawa/penyampai khabar dari Tuhan,
Al Qur’an ayat 2 surat 11 (Huud), Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira kepadamu daripada-Nya,

Dari keterangan kitab-kitab tauhid diatas, jelas, tugas para nabi adalah penyampai firman, bukan penjelas firman, apalagi menuliskan pembicaraan/perbuatannya sendiri, atau bahkan menambahkan dengan cerita-cerita.

Pembicaraan para nabi kepada umatnya yang merupakan wahyu Allah, ditulis dalam kitab-kitab tauhid. Wahyu yang tertulis itulah yang harus diikuti umat untuk dijadikan sumber aturan/hukum.

Perkataan para nabi yang tidak terdapat dalam kitab-kitab tauhid akan membingungkan umat dan akhirnya, umat beranggapan riwayat itu benar adanya. Padahal yang benar itu hanya ayat-ayat yang tertulis dalam kitab-kitab tauhid.

Apa komentar kitab-kitab tauhid terhadap penjelasan manusia terhadap firman Tuhan ?

1) Kitab Taurat, jangan menambah/mengurangi perintah Allah.
Kitab Taurat 12:32, Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu lakukan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.

2) Kitab Nabi Sulaiman, yang menambah firman Allah, pendusta.
Alkitab perjanjian lama Kitab Amsal Sulaiman 30:6 Jangan menambahi firman-Nya, supaya engkau tidak ditegur-Nya dan dianggap pendusta.

3) Kitab Injil, ajaran manusia adalah percuma.
Injil Matius 15:9, Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."

4) Kitab Perjanjian Baru kitab Wahyu, yang menambah firman, mendapat petaka.
Wahyu 22:18, Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: "Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini,

5) Al Qur’an, tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat Allah.
Al Qur’an ayat 115 surat 6 (Al An’aam), Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur'an, sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Selanjutnya akan kita lihat beberapa penjelasan manusia tentang firman Tuhan yang akan kita bandingkan dengan kitab-kitab Tauhid, apakah penjelasan manusia itu sesuai dengan kitab-kitab Tauhid ?



Riwayat tentang waktu sembahyang.



Dari Anas bin Malik, dia berkata :"….. Kemudian Jibril bersama beliau naik ke atas semua itu, yakni pada suatu tempat yang tidak dapat diketahui oleh seorang kecuali Allah. Sehingga beliau tiba di Sidratul Muntaha. Beliau menghampiri Sang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa. Jarak antara beliau dengan Tuhannya memang benar-benar dekat sejarak dengan uda ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Maka Allah menyuruh beliau utuk menyampaikan wahyu-Nya berupa lima puluh kali waktu shalat pada umat beliau sehari dan semalam. Beliau turun hingga sampai Musa. Musa menahan beliau dan berkata :"Wahai Muhammad, apakah amanat Tuhanmu kepadamu ?". beliau menjawab :"Tuhanku mengamanatkan kepadaku lima puluh (kali) shalat dalam sehari semalam". Musa berkata :"Sesungguhnya umatmu tidak mampu (melakukan) itu. Kembalilah, agar Tuhanmu memberi keringanan padamu dan umatmu". Nabi saw. Lalu menoleh kepada Jibril seolah minta pertimbangan kepadanya tentang (usulan) itu. Maka Jibril memberi isyarat kepada beliau, yakni :"Baiklah, kalau anda mau". Jibril bersama beliau baik menemui Sang Maha Perkasa dan berkata. Dia berada ditempat-Nya :"Ya Tuhanku, berilah keringanan padaku. Karena, sesungguhnya umatku tidak akan mampu (amanat) ini". Maka Tuhan mengurangi dari (permohonan) beliau sepuluh kali shalat. Kemudian aku kembali kepada Musa. Musa mencegat beliau. Beliau tidak henti-henti mondar-mandir antara Musa dan Tuhannya, sehingga amanat itu menjadi lima (kali)… (HR: Bukhari,7147) .


Riwayat-riwayat diatas menceritakan bagaimana Nabi Muhammad mendapatkan keringanan untuk melakukan sembahyang/shalat dari 50 kali menjadi 5 kali dalam satu hari.
Kita baca dalam kitab-kitab Tauhid tentang waktu sembahyang/berdoa,

1) Alkitab perjanjian lama, kitab nabi Daniel.
Alkitab perjanjian lama kitab Nabi Daniel 6:10 (6-11) Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.



2) Kitab Zabur, nabi Daud berseru/berdoa, pagi, siang, dan petang.
Kitab Zabur 55:16-17 Tetapi aku berseru kepada Allah, dan TUHAN akan menyelamatkan aku. Di waktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas dan menangis; dan Ia mendengar suaraku.

3) Al Qur’an, waktu sembahyang itu pagi, petang, dan permulaan malam.
Al Qur’an ayat 114 surat 11 (Hud), Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.


Dari kitab-kitab tauhid jelas dinyatakan waktu sembahyang itu tiga kali, yaitu pagi,siang, dan petang.


Riwayat tentang masuk surga tanpa hisab.



Dari Ibnu 'Abbas, ia telah berkata: Ketika Nabi SAW diisra`kan, beliau melewati seorang nabi dan beberapa nabi, dan bersama mereka ada banyak orang, dan bersama mereka tidak ada seorangpun sampai beliau melewati kelompok yang besar. Aku berkata: “Siapa Ini?” Dijawablah (oleh Jibril): “Musa dan kaumnya. Akan tetapi angkatlah kepalamu, kemudian lihatlah!” Kemudian ada kelompok besar yang memenuhi ufuk dari sebelah sana dan dari sebelah sana. Lalu dikatakan (oleh Jibril): “Mereka adalah umatmu dan yang lainnya adalah kelompok dari umatmu yang berjumlah tujuh puluh ribu (70.000) orang yang akan masuk surga tanpa hisab (perhitungan amal).” Kemudian beliau masuk (ke kamar beliau) dan mereka (para sahabat) tidak menanyai beliau dan beliau tidak merangkan kepada mereka. Maka mereka berkata: "Kami adalah mereka itu tadi". Dan ada pula yang berkata: "Mereka adalah anak-anak kami yang lahir dalam fitrah dan Islam". Kemudian Nabi SAW keluar, lalu bersabda: "Mereka adalah orang-orang yang tidak berobat dengan besi panas, tidak meruqyah, dan tidak pula bertakhayul (tathayyur). Dan mereka bertawakal kepada Tuhan mereka.” Lantas ‘Ukasyah bin Mihshan berdiri lalu berkata: “Saya termasuk mereka wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Ya.” Kemudian yang lain lagi berdiri lalu berkata pula: “Saya termasuk mereka?" Beliau menjawab: “Kamu telah didahului oleh ‘Ukasyah (dalam bertanya demikian).”HR at-Tirmidzi (2446).


Menurut riwayat tentang 70.000 orang-orang mu’min yang menuju surga tanpa hisab (perhitungan amal),

Apa kata kitab-kitab tauhid tentang orang yang akan masuk surga,

1) Alkitab, semua manusia yang akan masuk surga diadili/dihakimi.
Alkitab perjanjian baru kitab wahyu 20:12-13 Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya.

2) Kitab Raja Sulaiman, semua manusia akan di adili.
Alkitab perjanjian lama kitab pengkhotbah 12:14, Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat.

3) Injil, manusia akan dipisahkan yang baik (domba) dan yang jahat (kambing),
Injil Matius 25:32-33, Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.

4) Al Qur’an, Allah akan mengadili pada hari kiamat,
Al Qur’an Ayat 69 surat 22 (Al Hajj)Allah akan mengadili di antara kamu pada hari kiamat tentang apa yang kamu dahulu selalu berselisih padanya.

Menurut ayat-ayat kitab tauhid diatas, orang yang akan masuk surga harus melalui pengadilan pada hari kiamat.

Riwayat tentang melihat Tuhan.

Dari 'Abdullah bin Syaqiq, ia telah bersabda: Aku bertanya kepada Abu Dzar: 'Seandainya aku melihat Rasulullah SAW, pasti aku akan menanyainya.' Lantas dia berkata: "Tentang sesuatu apa?" Aku akan menanyainya: "Apakah baginda melihat Tuhan baginda?" Abu Dzar berkata: "Aku telah menanyainya, kemudian beliau jawab: 'Aku telah melihat cahaya'."HR Muslim (178.2),

Menurut riwayat diatas, Nabi Muhammad telah melihat “cahaya Tuhan”. Kita akan bandingkan dengan ayat-ayat kitab tauhid tentang siapa yang telah melihat Tuhan.



1) Kitab Taurat, Nabi Musa tidak sanggup melihat cahaya Tuhan,
Kitab Taurat Keluaran 33:20 Lagi firman-Nya: "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup." Berfirmanlah TUHAN: "Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat. Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan."

2) Kitab Injil, tidak seorangpun yang pernah melihat Allah,
Kitab Injil Yoh 1:18 Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.

Dari ayat-ayat kitab tauhid diatas jelas bahwa tidak seorangpun yang dapat melihat “cahaya” Tuhan dapat bertahan hidup.

Dengan demikian dari beberapa ulasan diatas tentang riwayat manusia yang berusaha menjelaskan firman Tuhan, dapat salah dan tidak tepat, oleh sebab itu adalah sangat tidak bijaksana kita menggunakannya sebagai acuan iman.

No comments: