22 January 2007

Nabi Ibrahim

Ayat inti: Al Qur’an ayat 123 surat 16 An Nahl, Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif." dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

Nama Nabi Ibrahim yang semula adalah Abram, namun karena Tuhan menetapkan Nabi Ibrahim sebagai bapa segala bangsa, namanya berubah menjadi Abraham (Ibrahim), Kitab Taurat Kejadian17:5 Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Alkitab perjanjian lama kitab Nehemia 9:7 Engkaulah TUHAN, Allah yang telah memilih Abram dan membawanya keluar dari Ur-Kasdim dan memberikan kepadanya nama Abraham.

Keluarga Nabi Ibrahim.

Bapa Nabi Ibrahim adalah Terah, Kitab Taurat Kejadian 11:27 Inilah keturunan Terah. Terah memperanakkan Abram, Nahor dan Haran, dan Haran memperanakkan Lot. Nabi Lut (Lot) adalah keponakan Nabi Ibrahim).

Nabi Ibrahim memiliki isteri yang bernama Sarah. Dari Sarah lahirlah Ishak. Sebelum Ishak lahir, Sarah menyuruh Nabi Ibrahim mengambil hambanya orang mesir bernama Hagar, agar mendapat keturunan, sebab sampai saat itu Sarah belum bisa melahirkan (mandul). Dari Hagar lahirlah Ismael.

Kitab Taurat Kejadian 16:1-2,15 Adapun Sarai, isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya. Berkatalah Sarai kepada Abram: "Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak." Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai. Lalu Hagar melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abram dan Abram menamai anak yang dilahirkan Hagar itu Ismael.

Kitab Taurat Kejadian 21:1-3 TUHAN memperhatikan Sara, seperti yang difirmankan-Nya, dan TUHAN melakukan kepada Sara seperti yang dijanjikan-Nya. Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya. Abraham menamai anaknya yang baru lahir itu Ishak, yang dilahirkan Sara baginya.

Disamping itu Ibrahim juga mengambil isteri yang lain, Kitab Taurat kejadian 25:1-4 Abraham mengambil pula seorang isteri, namanya Ketura. Perempuan itu melahirkan baginya Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Isybak dan Suah. Yoksan memperanakkan Syeba dan Dedan. Keturunan Dedan ialah orang Asyur, orang Letush dan orang Leum. Anak-anak Midian ialah Efa, Efer, Henokh, Abida dan Eldaa. Itulah semuanya keturunan Ketura.

Keturunan Ishak

Ishak beristri Ribkah, dan memiliki anak Esau dan Ya’qub, Kitab Taurat Kejadian 25:19-26, Inilah riwayat keturunan Ishak, anak Abraham. Abraham memperanakkan Ishak. Dan Ishak berumur empat puluh tahun, ketika Ribka, anak Betuel, orang Aram dari Padan-Aram, saudara perempuan Laban orang Aram itu, diambilnya menjadi isterinya.Berdoalah Ishak kepada TUHAN untuk isterinya, sebab isterinya itu mandul; TUHAN mengabulkan doanya, sehingga Ribka, isterinya itu, mengandung. Setelah genap harinya untuk bersalin, memang anak kembar yang di dalam kandungannya. Keluarlah yang pertama, warnanya merah, seluruh tubuhnya seperti jubah berbulu; sebab itu ia dinamai Esau. Sesudah itu keluarlah adiknya; tangannya memegang tumit Esau, sebab itu ia dinamai Yakub.

Ya’qub (berarti:penipu, Kitab Taurat Kejadian 27:36 Kata Esau: "Bukankah tepat namanya Yakub, karena ia telah dua kali menipu aku..), berubah namanya menjadi Israel ketika ia menang dalam sebuah pergumulan/perkelahian. Kitab taurat kejadian 32:28 Lalu kata orang itu: "Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang."

Keturunan Ismael.

Kitab Taurat Kejadian 25:13-18, Inilah nama anak-anak Ismael, disebutkan menurut urutan lahirnya: Nebayot, anak sulung Ismael, selanjutnya Kedar, Adbeel, Mibsam, Misyma, Duma, Masa, Hadad, Tema, Yetur, Nafish dan Kedma. Itulah anak-anak Ismael, dan itulah nama-nama mereka, menurut kampung mereka dan menurut perkemahan mereka, dua belas orang raja, masing-masing dengan sukunya. Umur Ismael ialah seratus tiga puluh tujuh tahun. Sesudah itu ia meninggal. Ia mati dan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya. Mereka itu mendiami daerah dari Hawila sampai Syur, yang letaknya di sebelah timur Mesir ke arah Asyur. Mereka menetap berhadapan dengan semua saudara mereka.

Ismael akan diberkati, Ishak anak perjanjian.

Al Qur’an ayat 39 surat 14 Ibrahim, Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) do`a.

Kitab Taurat Kejadian 17:20 Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar.

Kitab Taurat Kejadian 17:21 Tetapi perjanjian-Ku akan Kuadakan dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga."

Ismail, anak Nabi Ibrahim dari Hagar (pembantu Nabi Ibrahim yang berasal dari Mesir) akan diberkati, dan Ishak, anak Nabi Ibrahim dari isterinya, Sarah, akan meneruskan perjanjian Allah kepada Nabi Ibrahim.

Perjanjian Allah dengan Nabi Ibrahim.

Al Qur’an ayat 124 surat 2 Al Baqarah, Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim".

Al Qur’an ayat 71 surat 21 Al Anbiyaa’, Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.

Dalam kitab Taurat juga disebutkan perjanjian Allah kepada Nabi Ibrahim,

1) Ibrahim (dan keturunannya) akan menjadi bangsa yang besar,
Kitab Taurat Kejadian 12:1-2 Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.

2) Ibrahim (dan keturunannya) akan diberikan tanah perjanjian,
Kitab Taurat Kejadian 15:18-21 Pada hari itulah TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: "Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat: yakni tanah orang Keni, orang Kenas, orang Kadmon, orang Het, orang Feris, orang Refaim, orang Amori, orang Kanaan, orang Girgasi dan orang Yebus itu."

Dua janji Allah kepada Nabi Ibrahim, pertama Allah memberkati Nabi Ibrahim dan keturunannya menjadi bangsa yang besar, kedua, Allah akan memberikan tanah dengan batas mulai dari sungai mesir sampai ke sungai eferat (tanah kanaan, Palestina).

Nabi Ibrahim disunat karena perjanjian Allah.

Kitab Taurat Kejadian 17:9-10 Lagi firman Allah kepada Abraham: "Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun. Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat;

Nabi Ibrahim membayar zakat persepuluhan.

Kitab Taurat Kejadian 14:18-20, Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi. Lalu ia memberkati Abram, katanya: "Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu." Lalu Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya.

Nabi Ibrahim diuji kesetiaannya dengan mengorbankan anaknya.

Al Qur’an ayat 102,103,107 surat 37 Ash Shaaffaat, Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.

Ujian Tuhan kepada nabi Ibrahim dengan mengorbankan anaknya dicatat pula dalam kitab Taurat,

Kitab Taurat Kejadian 22:2,10-12, Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan." Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."

“Agama” Nabi Ibrahim.

Al Qur’an ayat 67 surat 3 Ali Imran, Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik."

Al Qur’an ayat 131-132 surat 2 Al Baqarah, Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam". Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".

Pada zaman nabi Ibrahim belum ada “agama Yahudi, “agama Nasrani”. Pada saat itu Nabi Ibrahim “tunduk dan patuh (berserah) kepada Tuhan”, dan ia disebut “Islam”. Ini berarti siapapun yang tunduk dan patuh kepada Tuhan, adalah “Islam”, dan dianggap sebagai pengikut nabi Ibrahim.
Kata "agama" berasal dari bahasa sansekerta.

Perhatikan ayat-ayat kitab Taurat dan Alkitab berikut,

Kitab Taurat Kejadian 15:6 Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.

Alkitab perjanjian baru surat Paulus kepada jemaat Galatia 3:6-7 Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham.

Dalam kitab Taurat dan Alkitab disebutkan bahwa nabi Ibrahim percaya/beriman kepada Allah, dan Allah memperhitungkan itu sebagai kebenaran, dan mereka yang percaya kepada-Nya disebut anak-anak Abraham (Ibrahim).

Allah memperkenalkan diri-Nya kepada keturunan Nabi Ibrahim.

Al Qur’an ayat 38 surat 12 Yusuf, Dan aku mengikut agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya`qub. Tiadalah patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Yang demikian itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia itu tidak mensyukuri (Nya).

Nabi Ibrahim melahirkan Ishak, Ishak melahirkan Ya’qub, dan Ya’qub melahirkan 12 suku bangsa Israel termasuk nabi Yusuf.

Kitab Taurat Keluaran 3:15 Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun.

Sewaktu Nabi Yusuf menjadi wakil Firaun di Mesir, bangsa Israel menetap disana. Setelah Nabi Yusuf meninggal, bangsa Israel dijadikan budak oleh raja Mesir yang tidak kenal Nabi Yusuf. Tuhan memperkenalkan diri-Nya kepada Musa yang akan memimpin bangsa Israel lepas dari perbudakan di Mesir. Dan Tuhan menyebutkan nama-Nya sebagai Tuhan Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Ya’qub.

“Agama” keturunan Nabi Ibrahim.

Al Qur’an ayat 123-124 surat 16 An Nahl, Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif." dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Sesungguhnya diwajibkan (menghormati) hari Sabtu atas orang-orang (Yahudi) yang berselisih padanya. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar akan memberi putusan di antara mereka di hari kiamat terhadap apa yang telah mereka perselisihkan itu.

Orang-orang Yahudi adalah keturunan Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Ya’qub, (Al Qur’an ayat 71 surat 11 Huud, Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya`qub). Ya’qub memperanakkan 12 suku bangsa Israel (Kitab Taurat Kejadian 35:22-26, Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Zebulon, Isakhar, Dan, Gad, Asyer, Naftali, Yusuf dan Benyamin). Orang-orang Yahudi mengacu kepada suku Yehuda.

Menghormati hari sabtu adalah perintah Allah kepada bangsa Israel (Yahudi) yang merupakan keturunan Nabi Ibrahim. Perhatikan peringatan ayat-ayat Al Qur’an tentang pentingnya hari sabtu,

1) Yang melanggar hari sabtu “menjadi kera”,
Al Qur’an ayat 65 surat 2 Al Baqarah, Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang hina".

2) Yang berbuat maksiat pada hari sabtu “terkutuk”
Al Qur’an ayat 47 surat 4 An Nisaa’, Hai orang-orang yang telah diberi Al Kitab, berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan (Al Qur'an) yang membenarkan Kitab yang ada pada kamu sebelum Kami merobah muka (mu), lalu Kami putarkan ke belakang atau Kami kutuk mereka sebagaimana Kami telah mengutuk orang-orang (yang berbuat ma`siat) pada hari Sabtu. Dan ketetapan Allah pasti berlaku.

3) Jangan melanggar peraturan hari sabtu
Al Qur’an ayat 154 surat 4 An Nisaa’, Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina untuk (menerima) perjanjian (yang telah Kami ambil dari) mereka. Dan kami perintahkan kepada mereka: "Masukilah pintu gerbang itu sambil bersujud", dan Kami perintahkan (pula), kepada mereka: "Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu", dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh.

4) Berkat hari sabtu,
Al Qur’an ayat 163 surat 7 Al A’raaf, Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.

Hari ke-tujuh, sabat, dan sabtu.

Hari sabtu adalah hari perhentian bagi manusia untuk memuji dan berbakti kepada Allah. Sesuai dengan ayat-ayat dalam kitab Taurat dan injil berikut,

1) Allah menguduskan hari ketujuh (sabtu),
Kitab Taurat Kejadian 2:1-3 Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.

2) Musa dan bangsa Israel diperintahkan untuk menguduskan hari sabat (sabtu),
Kitab Taurat Keluaran 20:8-11 Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.

3) Nabi Isa (Yesus) berbakti pada hari sabat (sabtu),
Injil Markus 1:21 Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar.

Hari sabtu sebagai hari perbaktian kepada Allah sudah ada sejak Allah menciptakan dunia ini. Allah menetapkan satu hari yaitu hari ke-7 (sabat/sabtu) untuk manusia agar menyembah-Nya. Peringatan hari sabtu sebagai hari untuk menyembah Allah dicatat oleh kitab Taurat, Injil dan Al Qur’an.

Allah memberikan 10-perintah kepada keturunan Nabi Ibrahim.

Setelah bangsa Israel (Yahudi) ke luar dari negeri Mesir, Allah memberikan 10-perintah agar bangsa Israel menyembah Allah yang benar, Allah Yang Maha Esa.

Kitab Taurat Keluaran 20:1-17, Lalu Allah mengucapkan segala firman ini: "Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.

1 Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
2 Jangan membuat bagimu patung Jangan sujud menyembah kepadanya
3 Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan.
4 Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat (Sabtu),
enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari
ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan,
Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan
Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan
menguduskannya
5 Hormatilah ayahmu dan ibumu,
6 Jangan membunuh.
7 Jangan berzinah.
8 Jangan mencuri.
9 Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
10 Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-
laki,atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang
dipunyai sesamamu."

Catatan kesepuluh perintah Allah kepada keturunan Nabi Ibrahim ada juga dalam Al Qur’an,

1. Jangan membuat dan menyembah patung/berhala, dan menghormati orang tua (Al Qur’an ayat 22-23 surat 17 (Al Israa’)
Janganlah kamu adakan tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah). Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

2. Jangan menyia-nyiakan nama Allah (Al Qur’an ayat 1 surat 87 Al A’laa)
Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi,

3. Menghormati hari Sabtu, (Al Qur’an ayat 123-124 surat 16 An Nahl)
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif." dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Sesungguhnya diwajibkan (menghormati) hari Sabtu atas orang-orang (Yahudi) yang berselisih padanya. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar akan memberi putusan di antara mereka di hari kiamat terhadap apa yang telah mereka perselisihkan itu.

4. Jangan membunuh, (Al Qur’an ayat 33 surat 17 Al Israa )
janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.

5. Jangan berzina, (Al Qur’an ayat 33 surat 17 Al Israa)
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.

6. Jangan mencuri, (Al Qur’an ayat 38 surat 5 Al Maa-idah)
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

7. Jangan berdusta, (Al Qur’an ayat 16 surat 16 An Nahl)
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.

Al Qur’an ayat 10 surat 51 (Adz Dzaariyaat), Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta

8. Jangan kamu ingin, (Al Qur’an ayat 36 surat 17 Al Israa)
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

18 January 2007

Ahklak diatas Fikih

Dr. Jalaluddin Rakhmat

Salah satu perkembangan memprihatinkan di masyarakat Islam Indonesia belakangan ini adalah makin kuatnya kecenderungan meninggalkan akhlak ketika menghadapi perbedaan dalam paham keagamaan.

Saya menemukan bahwa fikih hanyalah pendapat para ulama dengan merujuk pada sumber yang sama, yaitu Alqur’an dan sunnah. Hanya saja, kemudian berkembang pendapat yang berbeda-beda.

Kalau orang menentang Alqur’an dan sunnah, jelas dia kafir. Tapi kalau hanya menentang pendapat orang tentang Alquran dan sunnah, kita tidak boleh menyebutnya kafir. Itu perbedaan tafsiran saja. Karena itulah kemudian saya berpikir bahwa sebenarnya ada hal yang mungkin mempersatukan kita semua, yaitu akhlak. Dalam bidang akhlak, semua orang bisa bersetuju, apapun mazhabnya.

Ahlak dan Fikih.

Ahlak sebenarnya tidak ada yang sektarian. Saya percaya, tidak ada relativisme moral, termasuk relativisme akhlak. Ada yang mengatakan bahwa akhlak itu relatif. Menurut saya, orang baik yang menurut orang lain bukan orang baik itu tidak ada. Apakah membantu orang lain, menyebar cinta kasih, menolong mereka yang teraniaya, baik menurut mazhab tertentu, tapi buruk menurut mazhab lain ?

Kalau bicara tentang akhlak, saya bicara tentang sesuatu yang kebaikannya disepakati bersama. Itulah yang disebut nilai-nilai universal, universal values. Dalam setiap agama, termasuk Islam, terdapat nilai-nilai universal itu. Kita bisa berbagi, hatta dengan agama lain dalam soal nilai-nilai universal ini.

Akhlak menurut saya adalah sesuatu yang pasti. Semua orang sepakat soal keutamaan akhlak. Yang tidak sepakat adalah tentang fikih. Jadi, daripada berpegang pada fikih yang tidak pasti, lebih baik kita berpegang pada akhlak yang sudah pasti.

Buku fikih Imam al-Ghazali, Bidâyatul Hidâyah, juga cenderung membahas soal akhlak. Memang, al-Ghazali sendiri misalnya bercerita tentang sirr, atau rahasia dari semua aturan fikih. Misalnya, puasa bukan sekadar menahan makan dan minum, tapi juga mengendalikan diri dari segenap perbuatan yang dilarang Allah. Jadi ada juga unsur akhlaknya. Tapi kalau kita bicara fikih sebagai ilmu, tentu tidak begitu.

Bacalah buku fikih apa saja, misalnya Kitâbul Fiqh `alal Madzâhib al-‘Arba`ah. Di situ sudah tidak ada lagi pembicaraan soal akhlak. Dan ingat, Imam al-Ghazali pun berbicara di situ dalam konteks pengajaran tasawuf; mencari rahasia di balik ritual, di balik syariat. Soal syariatnya sendiri tetap berpusat pada fikih. Sampai ada yang mengatakan fikih itu soal al-hukm biz dzawâhir. Jadi, fikih itu secara umum memang berpegang teguh pada hal-hal yang lahiriah.

Dalam kenyataan, fikih terpisah dari studi akhlak, walau para ulama membahas fikih sekaligus menyertakan akhlak sebagai ilmu. Tapi yang ingin saya tekankan: walau kita mungkin belajar fikih tidak boleh terlepas dari akhlak, bahkan fikih harus menyempurnakan akhlak.

Kita ini selalu merasa yakin bahwa fikih kita yang paling benar dan fikih orang lain keliru. Itu sebenarnya bersumber dari kepercayaan yang berlebih-lebihan akan kebenaran fikih kita. Padahal, fikih itu dalam prosesnya selalu membuka ruang kritik. Dulu, Imam Syafii mengkritik konsep istihsân mazhab Abu Hanifah.

Kalau cara dan argumentasi Imam Syafii itu kita gunakan sekarang, dia bisa dipakai untuk mengkritik konsep qiyâsh yang diajarkan Imam Syafii sendiri. Jadi ushul fikih itu selalu membuka peluang kritik. Apa arti semua itu? Artinya, kita harus tawâdlu` atau rendah hati; bahwa semua fikih mengandung unsur manusia di dalamnya. Karena itu, semua fikih mengandung unsur kesalahan. Anda tentu tahu ucapan seorang ulama: fikih dia benar, tapi mengandung kemungkinan keliru (ra’yî shawâb wa yahtamilul khata’); begitu juga sebaliknya.

Mendahulukan Ahlak.

Lebih baik yang akhlaknya bagus sekalipun salatnya buruk, ketimbang salatnya bagus tapi akhlaknya buruk. Dalilnya: satu, karena sebaik apapun salat kita akan terhapus pahalanya oleh akhlak yang buruk.

Haji juga begitu. Sekalipun ia dijalankan sebaik-baiknya, malah mungkin setiap tahun, kalau di dalam pelaksanaannya ada rafats, fusûq, dan jidâl, hajinya tidak sah. “Faman faradla fî hinnal hajja falâ rafatsa walâ fusûqa walâ jidâla fil hajj,“ Itu dalil Alqur’annya.

Dalam ayat lain juga disebutkan, kalau sedekah kita disusul dengan ucapan yang menyakiti hati, maka sedekahnya akan batal. Dalam Alqur’an diterangkan, “La tutbi’û shadaqâtikum bil manni wal ‘adzâ”, atau jangan kamu batalkan sedekahmu dengan menggerutu dan menyakiti hati orang yang menerima.

Dalam kenyataan sehari-hari, kita tetap sering menemukan tuntutan fikih yang bertentangan dengan tuntutan akhlak. Misalnya, tuntutan fikih saya sebagai orang Muhammadiyah adalah: membaca qunut waktu subuh, bid’ah hukumnya. Tapi sekarang saya hidup dalam komunitas NU. Tuntutan fikih saya “jangan qunut subuh”, tapi jemaah NU di tempat saya mengangkat saya sebagai imam. Kalau saya tidak punya tuntutan akhlak untuk menjaga silaturahmi dengan masyarakat sekitar, lalu saya tidak qunut, pecahlah silaturahmi saya dengan kaum nahdliyyin.

Saya ingin beri contoh yang bagus dari tokoh al-Ikhwan al-Muslimun, Hasan al-Banna. Konon, al-Banna masuk sebuah masjid pada bulan puasa ketika orang-orang sedang bertengkar soal jumlah rakaat tarawih. Satu kempok bilang 11, yang lain condong ke 23 rakaat. Itu jelas pertengkaran fikih. Al-Banna lalu bertanya pada kelompok yang mendukung 11 rakaat: “Menurut kalian, apa hukumnya salat tarawih?” “Sunnah!” jawab mereka. Kepada yang 23 juga ditanya hal sama. Jawabnya: “Sunnah!” Lalu dia bertanya lagi: “Apa hukum bertengkar antara sesama kaum muslimin di masjid?” Semua sepakat menjawab “haram”. Al-Banna lalu menyadarkan mereka, “Mengapa kalian melakukan yang haram demi mempertahankan yang sunnah?” Artinya, sebenarnya al-Banna sedang menjalankan prinsip mendahulukan akhlak di atas fikih.

Shalat yang benar.

Kita memang pernah mendengar hadis bahwa “yang pertama kali diperiksa dari seorang hamba di akhirat kelak adalah salatnya”. Artinya, “Ídza shaluhat, shaluha sâ’iru `amalih, wa idzâ fasadat, fasada sa’iru `amalih,” (kalau beres salatnya, bereslah seluruh amalnya, dan jika rusak, rusaklah seluruh amalnya). Hadis ini bisa diartikan bahwa kalau seseorang menjalankan salat dengan baik, pastilah akhlaknya akan baik.

Tapi kita akan berhadapan dengan pertanyaan yang contradictio in terminis; “salatnya baik, tapi akhlaknya buruk”. Karena itu, ada yang menjawab hal itu tidak mungkin. Sebab kalau salatnya baik, pasti akhlaknya akan baik. Tapi, sayang kriteria salat yang baik itu sangat fiqhiyyah atau berbau fikih. Artinya, tetap saja bergantung pada mazhab yang mana. Menurut mazhab Syafii, salat yang baik adalah dengan qunut. Tapi menurut Hanbali, salat yang baik tanpa qunut, kecuali pada saat perang. Dan begitulah seterusnya.

Ada asumsi kalau salat itu sesuai dengan mazhab tertentu, barulah ia dikatakan baik. Saya pernah menemukan beberapa kitab yang berjudul Shalatun Nabi. Waktu saya baca, ternyata salat ala mazhab Hanafi. Saya beli lagi buku dengan judul yang sama; ternyata salat menurut mazhab Hanbali. Orang Syiah juga punya buku tuntunan salat ala Syiah. Judulnya juga senada, Shalatun Nabi. Jadi, apa yang disebut salat yang paling sesuai contoh Nabi itu, dan dengan itu menjadi salat yang paling baik, juga bergantung pada mazhab tertentu.

Yang kedua, dalam kenyataan sosial di masyarakat, kita tak jarang menemukan orang yang rajin dan khusuk salat, rajin haji, tapi juga khusyuk korupsi. Nah, apakah hadis itu salah dan Rasulullah keliru? Saya yakin, Rasulullah tidak salah. Yang salah adalah penafsiran kita terhadap hadis itu. Karena itu, tafsiran saya ialah: ukuran baik-buruknya salat bukan pada standar mazhab, tapi dilihat dari ukuran akhlaknya di tengah masyarakat. Kata Rasulullah, “Idzâ shaluhat, shaluha sâ’iru `amalih”. Jadi, kalau ingin tahu baiknya salat seseorang, lihatlah amalnya di masyarakat. Kalau amalnya baik, itu berarti salatnya baik, tidak peduli apa mazhabnya.

Alqur’an juga mengatakan, kalau orang menyakiti sesama manusia akan dilaknat Allah di dunia dan akhirat. Dalam surah al-Ahzâb: 56 dikatakan, “Innalladzîna yu’dzûnalLâh wa rasûlah la`anahumulLâhu fid dunyâ wal âkhirah, wa ‘a`adda lahum adzâban mubîna. Wallladzîna yu’dzûnal mu’minîna wal mu’minâti bighairi mâ iktasabû faqad ihtamalû buhtânan wa itsman mubîna”.

Intinya, mereka yang menyakiti orang lain itu sedang menghapus seluruh amalnya. Sebuah hadis qudsi juga mengatakan: “Ya Ahmad, katakan kepada orang-orang yang zalim itu agar tidak masuk rumah di antara rumahmu, karena sudah menjadi kewajiban bagi-Ku untuk menyebut orang yang menyebut namamu. Dan kalau seseorang menyakiti orang lain dan menyebut namamu, Aku akan menyebut namanya juga”. Dan di situ diterangkan, “wa dzikrî iyyâhu ‘an al`anahu” (zikirku padanya adalah: Aku melaknat dia).

Jadi, setiap kali orang salat, tapi akhlaknya buruk, suka menyakiti orang lain, maka setiap kali dia menyebut “Allahu akbar” dalam salat, Allah justru melaknatnya. Artinya, salatnya hanya berfungsi untuk mengumpulkan laknat Allah. Jadi, betapa kasihan orang yang salatnya baik tapi akhlaknya buruk, karena seluruh ibadah salatnya gugur.

Satu lagi nilai paling penting yang perlu disampaikan adalah hadis yang termuat di kitab Ihyâ `Ulûmiddîn. Saat itu, kepada Rasulullah dilaporkan bahwa “Inna fulânah tashûmun nahâra wa taqûmul lailâ walâkin tu’dzî jirânaha bilisâniha” (ada seorang yang rajin puasa siang dan salat malam, tapi suka menyakiti tetangga dengan lidahnya). Apa kata Rasulullah? “Hiyâ fin nâr” (dia di neraka).

17 January 2007

Mati syahid

Ayat Inti: Al Qur’an ayat 74 surat 4 An Nisaa’, Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar.

Mereka yang terbunuh/gugur dalam peperangan untuk menegakkan agama Allah, akan memperoleh pahala yang besar. Inilah yang dimaksud dengan mati syahid dari ayat diatas.

Ayat-ayat Al Qur’an lainnya yang menyatakan mati syahid,

1) Allah telah membeli orang mu’min yang gugur dalam berberang di jalan Allah,
Al Qur’an ayat 111 surat 9 At Taubah, Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.

2) Gugur sebagai syuhada’,
Al Qur’an ayat 140 surat 3 Al Maa-idah, Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,

Syuhada' di sini ialah orang-orang Islam yang gugur di dalam peperangan untuk menegakkan agama Allah. Sebagian ahli tafsir ada yang mengartikannya dengan "menjadi saksi atas manusia".

3) Sebutlah nama Allah ketika kamu memerangi musuh,
Al Qur’an ayat 45 surat 8 Al Anfaal, Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.

Menyebut nama Allah dapat berarti berzikir dan berdoa.

4) Mereka yang syahid, tidak disia-siakan Allah,
Al Qur’an ayat 4 surat 47 Muhammad, Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.
Apa kata Injil tentang mati syahid ?

Kitab Injil Matius 5:10-12, Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."

Kitab Injil Matius 24:9 Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku,

Mati syahid yang dimaksudkan dengan ayat-ayat Injil diatas adalah mereka yang mati/dibunuh/dianiaya karena mempertahankan kebenaran Allah/nama Yesus (nama-Ku), bukan mereka yang mati/terbunuh karena berperang dengan menggunakan nama Allah, atau bukan yang mati/terbunuh karena memerangi orang kafir.

Kita perhatikan contoh kasus mati syahid dalam Alkitab,

1) Yesus di salib, namun masih mendoakan orang yang menyalibkan-Nya,
Kitab Injil Lukas 23:33-34 Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya. Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.

2) Stefanus murid Yesus yang dirajam sampai mati, karena mengabarkan Injil, namun masih mendoakan orang-orang yang membunuhnya,
Alkitab perjanjian baru kisah para rasul 7:54-60, Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi. Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu katanya: "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah." Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia. Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. … Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku." Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.

Mati syahid yang satu mempertahankan kebenaran Allah dengan cara mendoakan orang yang memusuhinya, mati syahid yang lain juga mempertahankan kebenaran Allah, tapi dengan cara memerangi orang yang memusuhinya.

Yesus (nabi Isa) mengajarkan doakan orang yang membunuh/menganiaya kita. Hal ini sejalan dengan ajaran-Nya tentang “doakanlah musuh-musuhmu”, Kitab Injil Matius 5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

Injil tersiar (tersebar) karena penderitaan/penindasan, bukan karena perang.

1) Menjadi murid Yesus akan menderita,
Kitab Injil Yohanes 16:33 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."

Alkitab perjanjian baru surat ke-2 Paulus kepada Titus 2:9 Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu.

Alkitab perjanjian baru surat ke-2 Paulus kepada Titus 3:12, Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya,

Kitab Injil Yohanes 16:33, Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."

2) Menjadi murid Yesus akan disiksa, dibunuh, dan dibenci,
Kitab Injil Matius 24:9 Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku,

Lebih baik mati karena berbuat baik, daripada mati akibat membunuh (berperang apapun alasannya).

Alkitab perjanjian baru surat-1 Petrus 3:17, Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat.

Al Qur’an ayat 2 surat 5 (Al Maa-idah), Hai orang-orang yang beriman, …. Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

Injil dan Al Qur’an menganjurkan untuk berlomba-lomba dalam berbuat baik, bukan dalam hal berperang, Allah memiliki sifat kasih dan sayang, bukan pembalas untuk membunuh.

Jika kita membunuh hanya karena saudara seiman kita dibunuh, apa bedanya kita dengan orang kafir ? karena mereka juga melakukan hal itu.

Jika kita memerangi karena kita diperangi, apa bedanya kita dengan orang yang tidak mengenal Allah, bukankah mereka pasti melakukan hal itu jika mereka diperangi ?

Berperang dijalan Allah

Ayat inti: Al Qur’an ayat 216 surat 2 Al Baqarah, Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Apakah memang benar Allah mewajibkan orang untuk berperang ? pada keadaan yang bagaimana ayat ini berlaku ? Ayat diatas akan kita bahas dengan ayat-ayat Al Qur’an lainnya dan kitab-kitab yang Allah turunkan sebelumnya, yaitu kitab Taurat, Zabur, dan Injil.

Sifat Allah (memerangi atau menyayangi).

Al Qur’an ayat 1 surat 1 Al Faatihah , Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Kitab Taurat Keluaran 34:6 Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya,

Kitab Zabur(Mazmur) 103:8 TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.

Kitab Injil Yohanes 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.


Ke-4 ayat diatas berasal dari ke-4 kitab yang diturunkan Allah menyatakan bahwa sifat Allah itu penyayang, kasih, pemurah, sabar, setia. Dengan demikian ayat-ayat yang mewajibkan manusia untuk berperang adalah berlawanan dengan sifat Allah, ini berarti ayat- ayat tersebut harus dilihat dari sudut pandang situasional (keadaan khusus).

Ayat-ayat situasional (keadaan khusus).

1) Orang beriman memerangi orang kafir,
Al Qur’an ayat 123 surat 9 At Taubah, Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.

2) Orang Israel memerangi orang Amalek (suku di tanah Kanaan/Palestina),
Alkitab perjanjian lama kitab pertama Samuel 15:2-3 Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir. Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai."

Ayat-ayat Al Qur’an dalam surat At Taubah turun sesudah nabi Muhammad kembali dari perang Tabuk, yaitu berperang melawan orang Romawi pada tahun 9 H. Dan ayat dalam Alkitab perjanjian lama kitab nabi Samuel menceritakan bagaimana Allah memerintahkan Raja Israel saat itu, Saul, untuk memerangi orang Amalek yang menghalangi bangsa Israel keluar dari negeri Mesir.

Kita lihat ayat lainnya,

Al Qur’an ayat 39 surat 22 Al Hajj, Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.

Pada saat ini kita perlu melihat alasan suatu bangsa memerangi bangsa lain, atau katakanlah suatu bangsa memerangi orang yang beriman kepada Allah. Kalau bangsa tersebut memerangi orang beriman agar tidak boleh menyembah kepada Allah yang benar, maka kita (orang beriman) perlu mempertahankan diri demi Allah yang kita sembah (berperang di jalan Allah).

Namun kebanyakan peperangan saat ini terjadi karena masalah tanah, ekonomi, demokrasi, dan bukan masalah penzaliman/pelecehan agama. Untuk peperangan jenis ini kita tidak perlu “berperang di jalan Allah”

Pembalasan untuk berperang itu hak siapa ?

Al Qur’an ayat 47 surat 14 Ibrahim, Karena itu janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya; sesungguhnya Allah Maha Perkasa, lagi mempunyai pembalasan.

Pernyataan Alkitab tentang hak untuk pembalasan ada di tangan Tuhan,

Kitab Taurat Ulangan 32:35 Hak-Kulah dendam dan pembalasan, pada waktu kaki mereka goyang, sebab hari bencana bagi mereka telah dekat, akan segera datang apa yang telah disediakan bagi mereka.

Kitab Zabur (Mazmur) 18:47 (18-48) Allah, yang telah mengadakan pembalasan bagiku, yang telah menaklukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasaku,

Alkitab perjanjian lama kitab Mika 5:15 (5-14) Aku akan membalas dendam dengan murka dan kehangatan amarah, kepada bangsa-bangsa yang tidak mau mendengarkan.

Alkitab perjanjian baru surat kepada orang Ibrani 10:30 Sebab kita mengenal Dia yang berkata: "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan." Dan lagi: "Tuhan akan menghakimi umat-Nya."


Sikap orang beriman terhadap orang yang memerangi.

1) Harus bersabar, sampai Tuhan datang menolong,
Al Qur’an ayat 125 surat 3 Ali Imran, ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda.

2) Berlaku lemah lembut, jangan keras,
Al Qur’an ayat 159 surat 3 Ali Imran, Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Pernyataan Alkitab tentang sikap kita terhadap penganiayaan dari orang yang zalim,

1) Berbahagia karena dicela dan dihina,
Kitab Injil Matius 5:11-12 Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."

2) Jangan membalas,
Alkitab perjanjian lama kitab amsal Sulaiman 20:22, Janganlah engkau berkata: "Aku akan membalas kejahatan," nantikanlah TUHAN, Ia akan menyelamatkan engkau

Alkitab perjanjian baru surat Paulus kepada jemaat Roma 12:19, Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama.

1) Jangan memaksa orang lain,
Al Qur’an ayat 256 surat 2 Al Baqarah, Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

2) Tuhan tidak memaksa,
Al Qur’an ayat 118 surat 11 Huud, Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.

Tuhan tidak memaksakan agar manusia menjadi satu umat untuk menyembah-Nya, dan Allah menginginkan tidak ada paksaan dalam memasuki suatu agama. Mengapa kita memaksakan orang lain (apalagi dengan cara berperang) untuk menjadikan semua manusia satu umat ?

Ayat-ayat Alkitab tentang tidak boleh memaksa dalam agama,

1) Tuhan memberi pilihan,
Kitab Taurat Ulangan 30:19 Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu,

Alkitab perjanjian lama kitab Yosua 24:15 Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah;

2) Nabi Isa (Yesus) membiarkan orang yang menolak-Nya,
Kitab Injil Markus 6:7-11, Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. .. Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: "Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka."

3) Membangun umat dengan sukarela,
Alkitab perjanjian baru surat 1 Petrus 5:2, Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.

Allah yang punya langit dan bumi tidak memaksa, tetapi memberi pilihan, tawaran, himbauan, agar manusia mau menyembah kepada-Nya dengan suka rela. Inilah prinsip kasih.

Prinsip Kasih.

1) Kasih itu berkorban,
Kitab Injil Yohanes 3:16, Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

2) Kasih itu tanda orang yang mengenal Allah,
Alkitab perjanjian baru surat 1 Yohanes 4:8 Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.

Alkitab perjanjian baru surat pertama Paulus kepada jemaat Korintus 13:4-13,

Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna…. Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.

Peperangan yang akan meniadakan (menghapuskan) agama.

Ya’juj dan Ma’juj akan merusak dunia,

Al Qur’an ayat 94 surat 18 Al Kahfi, Mereka berkata: "Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?"

Al Qur’an ayat 96-97 surat 21 Al Anbiyaa’, Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata): "Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zalim".

Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang akan membuat kerusakan di muka bumi pada menjelang hari kiamat. Kerusakan disini dapat disebabkan oleh peperangan yang ditimbulkannya. Alkitab juga mencatat peperangan yang akan terjadi sebelum kiamat tiba.

Nabi Isa (Yesus) memperingatkan adanya kesusahan besar sebelum Ia kembali menjadi hakim yang adil pada hari kiamat,

Kitab Injil Matius 24:21 Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi.

Pada bagian lain, Alkitab menyebutkan akan ada kekuasaan yang memaksa kepada penyembahan berhala menjelang hari-hari terakhir (hari kiamat),

Alkitab perjanjian baru kitab Wahyu 13:11-18, Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga. Dan seluruh kuasa binatang yang pertama itu dijalankannya di depan matanya. Ia menyebabkan seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah binatang pertama, yang luka parahnya telah sembuh. Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. Ia menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda, yang telah diberikan kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu. Dan ia menyuruh mereka yang diam di bumi, supaya mereka mendirikan patung untuk menghormati binatang yang luka oleh pedang, namun yang tetap hidup itu. Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung binatang itu, sehingga patung binatang itu berbicara juga, dan bertindak begitu rupa, sehingga semua orang, yang tidak menyembah patung binatang itu, dibunuh. Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya, dan tidak seorangpun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya. Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.



Kuasa binatang ini mengharuskan semua orang yang di bumi dipaksa untuk menyembahnya, dengan perkataan lain saat itu akan terjadi peniadaan agama Tauhid (agama yang hanya menyembah Allah Yang Esa), yang ada adalah pemaksaan untuk menyembah berhala binatang tersebut. Dan Alkitab sudah menandai kuasa binatang itu yang akan dikenal sebagai bilangan “666”.