19 December 2006

Selamat Natal menurut Al Qur'an

Dr. M. Quraish Shihab

Sakit perut menjelang persalinan, memaksa Maryam bersandar ke pohon kurma. Ingin rasanya beliau mati, bahkan tidak pernah hidup sama sekali. Tetapi Malaikat Jibril datang menghibur: "Ada anak sungai di bawahmu, goyanghan pangkal pohon kurma ke arahmu, makan, minum dan senangkan hatimu. Kalau ada yang datang katakan: 'Aku bernazar tidak bicara.'"

"Hai Maryam, engkau melakukan yang amat buruk. Ayahmu bukan penjahat, ibumu pun bukan penzina," demikian kecaman kaumnya, ketika melihat bayi digendongannya. Tetapi Maryam terdiam. Beliau hanya menunjuk bayinya. Dan ketika itu bercakaplah sang bayi menjelaskan jati dirinya sebagai hamba Allah yang diberi Al-Kitab, shalat, berzakat serta mengabdi kepada ibunya. Kemudian sang bayi berdoa: "Salam sejahtera (semoga) dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari wafatku, dan pada hariketika aku dibangkitkan hidup kembali."


Itu cuplikan kisah Natal dari Al-Quran Surah Maryam ayat 34. Dengan demikian, Al-Quran mengabadikan dan merestui ucapan selamat Natal pertama dari dan untuk Nabi mulia itu, Isa a.s.

Terlarangkah mengucapkan salam semacam itu? Bukankah Al-Quran telah memberikan contoh? Bukankah ada juga salam yang tertuju kepada Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, keluarga Ilyas, serta para nabi lainnya? Setiap Muslim harus percaya kepada Isa a.s. seperti penjelasan ayat di atas, juga harus percaya kepada Muhammad saw., karena keduanya adalah hamba dan utusan Allah. Kita mohonkan curahan shalawat dan salam untuk. mereka berdua sebagaimana kita mohonkan untuk seluruh nabi dan rasul. Tidak bolehkah kita merayakan hari lahir (natal) Isa a.s.? Bukankah Nabi saw. juga merayakan hari keselamatan Musa a.s. dari gangguan Fir'aun dengan berpuasa 'Asyura, seraya bersabda, "Kita lebih wajar merayakannya daripada orang Yahudi pengikut Musa a.s."

Bukankah, "Para Nabi bersaudara hanya ibunya yang berbeda?" seperti disabdakan Nabi Muhammad saw.? Bukankah seluruh umat bersaudara? Apa salahnya kita bergembira dan menyambut kegembiraan saudara kita dalam batas kemampuan kita, atau batas yang digariskan oleh anutan kita? Demikian lebih kurang pandangan satu pendapat.

Banyak persoalan yang berkaitan dengan kehidupan Al-Masih yang dijelaskan oleh sejarah atau agama dan telah disepakati, sehingga harus diterima. Tetapi, ada juga yang tidak dibenarkan atau diperselisihkan. Disini, kita berhenti untuk merujuk kepercayaan kita.

Isa a.s. datang mermbawa kasih, "Kasihilah seterumu dan doakan yang menganiayamu." Muhammad saw. datang membawa rahmat, "Rahmatilah yang di dunia, niscaya yang di langit merahmatimu." Manusia adalah fokus ajaran keduanya; karena itu, keduanya bangga dengan kemanusiaan.

Isa menunjuk dirinya sebagai "anak manusia," sedangkan Muhammad saw. diperintah:kan oleh Allah untuk berkata: "Aku manusia seperti kamu." Keduanya datang membebaskan manusia dari kemiskinan ruhani, kebodohan, dan belenggu penindasan. Ketika orang-orang mengira bahwa anak Jailrus yang sakit telah mati, Al-Masih yang menyembuhkannya meluruskan kekeliruan mereka dengan berkata, "Dia tidak mati, tetapi tidur." Dan ketika terjadi gerhana pada hari wafatnya putra Muhammad, orang berkata: "Matahari mengalami gerhana karena kematiannya." Muhammad saw. lalu menegur, "Matahari tidak mengalami gerhana karena kematian atau kehahiran seorang." Keduanya datang membebaskan maanusia baik yang kecil, lemah dan tertindas -dhu'afa' dan al-mustadh'affin dalam istilah Al-Quran.

Bukankah ini satu dari sekian titik temu antara Muhammad dan Al-Masih? Bukankah ini sebagian dari kandungan Kalimat Sawa' (Kata Sepakat) yang ditawarkan Al-Quran kepada penganut Kristen (dan Yahudi (QS 3:64)? Kalau demikian, apa salahnya mengucapkan selamat natal, selama akidah masih dapat dipelihara dan selama ucapan itu sejalan dengan apa yang dimaksud oleh Al-Quran sendiri yang telah mengabadikan selamat natal itu?

Itulah antara lain alasan yang membenarkan seorang Muslim mengucapkan selamat atau menghadiri upacara Natal yang bukan ritual . Di sisi lain, marilah kita menggunakan kacamata yang melarangnya.

Agama, sebelum negara, menuntut agar kerukunan umat dipelihara. Karenanya salah, bahkan dosa, bila kerukunan dikorbankan atas nama agama. Tetapi, juga salah serta dosa pula, bila kesucian akidah ternodai oleh atau atas nama kerukunan.

Teks keagamaan yang berkaitan dengan akidah sangat jelas, dan tidak juga rinci. Itu semula untuk menghindari kerancuan dan kesalahpahaman. Bahkan Al-Q!uran tidak menggunakan satu kata yang mungkin dapat menimbulkan kesalahpahaman, sampai dapat terjamin bahwa kata atau kalimat itu, tidak disalahpahami. Kata "Allah," misalnya, tidak digunakan oleh Al-Quran, ketika pengertian semantiknya yang dipahami masyarakat jahiliah belum sesuai dengan yang dikehendaki Islam. Kata yang digunakan sebagai ganti ketika itu adalah Rabbuka (Tuhanmu, hai Muhammad) Demikian terlihat pada wahlyu pertama hingga surah Al-Ikhlas. Nabi saw. Sering menguji pemahaman umat tentang Tuhan. Beliau tidak sekalipun bertanya, "Dimana Tuhan?" Tertolak riwayat sang menggunakan redaksi itu karena ia menimbulkan kesan keberadaan Tuhan pada satu tempat, hal yang mustahil bagi-Nya dan mustahil pula diucapkan oleh Nabi. Dengan alasan serupa, para ulama bangsa kita enggan menggunakan kata "ada" bagi Tuhan, tetapi "wujud Tuhan."

Natalan, walaupun berkaitan dengan Isa Al-Masih, manusia agung lagi suci itu, namun ia dirayakan oleh umat Kristen yang pandangannya terhadap Al-Masih berbeda dengan pandangan Islam. Nah, mengucapkan "Selamat Natal" atau menghadiri perayaannya dapat menimbulkan kesalahpahaman dan dapat mengantar kepada pengaburan akidah. Ini dapat dipahami sebagai pengakuan akan ketuhanan Al-Masih, satu keyakinan yang secara mutlak bertentangan dengan akidah Islam. Dengan kacamata itu, lahir larangan dan fatwa haram itu, sampai-sampai ada yang beranggapan jangankan ucapan selamat, aktivitas apa pun yang berkaitan dengan Natal tidak dibenarkan, sampai pada jual beli untuk keperluann Natal.

Adakah kacamata lain? Mungkin!

Seperti terlihat, larangan ini muncul dalam rangka upaya memelihara akidah. Karena, kekhawatiran kerancuan pemahaman, agaknya lebih banyak ditujukan kepada mereka yang dikhawatirkan kabur akidahnya. Nah, kalau demikian, jika ada seseorang yang ketika mengucapkannya tetap murni akidahnya atau mengucapkannya sesuai dengan kandungan "Selamat Natal" Qurani, kemudian mempertimbangkan kondisi dan situasi dimana hal itu diucapkan, sehingga tidak menimbulkan kerancuan akidah baik bagi dirinya ataupun Muslim yang lain, maka agaknya tidak beralasan adanya larangan itu. Adakah yang berwewenang melarang seorang membaca atau mengucapkan
dan menghayati satu ayat Al-Quran?

Dalam rangka interaksi sosial dan keharmonisan hubungan, Al-Quran memperkenalkan satu bentuk redaksi, dimana lawan bicara memahaminya sesuai dengan pandangan atau keyakinannya, tetapi bukan seperti yang dimaksud oleh pengucapnya. Karena, si pengucap sendiri mengucapkan dan memahami redaksi itu sesuai dengan pandangan dan keyakinannya. Salah satu contoh yang dikemukakan adalah ayat-ayat yang tercantum dalam QS 34:24-25. Kalaupun non-Muslim memahami ucapan "Selamat Natal" sesuai dengan keyakinannya, maka biarlah demikian, karena Muslim yang memahami akidahnya akan mengucapkannya sesuai dengan garis keyakinannya. Memang, kearifan dibutuhkan dalam rangka interaksi sosial.

Tidak kelirulah, dalam kacamata ini, fatwa dan larangan itu, bila ia ditujukan kepada mereka yang dikhawatirkan ternodai akidahnya. Tetapi, tidak juga salah mereka yang membolehkannya, selama pengucapnya bersikap arif bijaksana dan tetap terpelihara akidahnya, lebih-lebih jika hal tersebut merupakan tuntunan keharmonisan hubungan.

Dostojeivsky (1821-1881), pengarang Rusia kenamaan, pernah berimajinasi tentang kedatangan kembali Al-Masih. Sebagian umat Islam pun percaya akan kedatangannya kembali. Terlepas dari penilaian terhadap imajinasi dan kepercayaan itu, kita dapat memastikan bahwa jika benar beliau datang, seluruh umat berkewajiban menyambut dan mendukungnya, dan pada saat kehadirannya itu pasti banyak hal yang akan beliau luruskan. Bukan saja sikap dan ucapan umatnya, tetapi juga sikap dan ucapan umat Muhammad saw. Salam sejahtera semoga tercurah kepada beliau, pada hari Natalnya, hari wafat dan hari kebangkitannya nanti.

18 December 2006

Kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi

Ayat Inti : Al Qur’an ayat 3 surat 4 An Nisaa, Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

Perkawinan pada mula pertama adalah antara seorang Adam dengan seorang Hawa, bukan seorang Adam dengan beberapa hawa. Ayat diatas sebenarnya bertujuan untuk menguji manusia berlaku adil.

Sifat adil itu milik siapa ?

Yang memiliki sifat adil adalah Tuhan, sebab Ia adil dari mulanya,

Al Qur’an ayat 18 surat 3 Ali Imran, Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Kitab Taurat Ulangan 32:4 Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil, Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia.

Kitab Zabur (Mazmur) 11:7 Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang wajah-Nya.

Kitab Injil Yohanes 17:25 Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku;

Dapatkah manusia berlaku adil ?

Al Qur’an ayat 129 surat 4 An Nisaa’, Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri- isteri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, …

Sejak Nabi Adam sampai saat ini, adakah manusia yang berlaku adil ?. tidak ada yang dapat berbuat adil, karena semua manusia telah berdosa. Keadilan adalah milik Allah Yang Kudus, bukan milik manusia yang berdosa, dengan demikian ayat inti diatas sebenarnya menganjurkan manusia hanya memiliki seorang isteri saja, karena manusia tidak dapat berlaku adil.

Jauh sebelum Al Qur'an menyatakan bahwa manusia tidak dapat berlaku adil kepada isteri-isterinya, nabi Musa telah memperingatkan ketidakadilan dalam berpoligami, perhatikan ayat kitab Taurat berikut,

Kitab Taurat Ulangan 21:15 "Apabila seorang mempunyai dua orang isteri, yang seorang dicintai dan yang lain tidak dicintainya, dan mereka melahirkan anak-anak lelaki baginya, baik isteri yang dicintai maupun isteri yang tidak dicintai, dan anak sulung adalah dari isteri yang tidak dicintai,

Laki-laki dan perempuan adalah satu.

Kitab Taurat Kejadian 2:21-23 Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki."
Kata “perempuan” berarti dari tulang tusuk laki-laki. Wanita bukanlah tiruan pria, dan bukanlah duplikat pria. Laki-laki dan perempuan tidak diciptakan sama, tetapi tidak sama. Walaupun demikian mereka saling melengkapi dan saling membutuhkan sehinga menjadi satu.

Pria dan wanita diciptakan sederajat. Pria tidak boleh merendahkan wanita, dan wanita tidak boleh direndahkan oleh pria. Perbedaan mereka hanyalah berdasarkan pada bentuk tubuh, lain tidak.

Maksud perkawinan.

Kitab Taurat Kejadian 2:18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."

Disamping membentuk keluarga, maksud Tuhan dengan pernikahan adalah agar pria dan wanita saling melengkapi, saling menolong, dan saling melayani di segala lapangan hidup.

Demikianlah rencana Tuhan dengan penciptaan pria dan wanita, sehingga mereka saling melayani dan bersama-sama merayakan kehidupan yang dijalani untuk kemuliaan Tuhan.

Perkawinan pada awalnya.

Kitab Injil Markus 10:6-8 Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.

Sejarah dunia tidak dimulai dengan kejatuhan manusia akan dosa, melainkan dengan suatu perayaan penikahan. Padamulanya pernikahan itu termasuk keseluruhan penciptaan Tuhan yang bersih dan murni. Rencana Allah bagi pernikahan adalah satu orang laki-laki dan satu orang wanita yang menjadi "satu daging" (yaitu, bersatu secara jasmaniah dan rohani).

Perkawinan sebagai persekutuan hidup, bukan persekutuan badani.

Alkitab perjanjian lama kitab Maleaki 2:14 …. Oleh sebab TUHAN telah menjadi saksi antara engkau dan isteri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal dialah teman sekutumu dan isteri seperjanjianmu.

Adalah salah memandang nikah hanya untuk persekutuan badani. Hal ini sama saja dengan “kumpul kebo” yang hanya berkumpul untuk makan dalam satu palungan, dan tidur dalam satu kandang. Dalam pernikahan semacam ini tidak ada kesatuan hati dan kesatuan hidup.

Nikah sebagi persekutuan hidup haruslah pria dan wanita itu satu dalam mengasihi Allah, satu dalam mengasihi satu dengan yang lain, satu dalam memikul beban pernikahan, satu dalam perhatian pekerjaan masing-masing. satu dalam doa, satu dalam menjawab persoalan hidup, satu dalam persekutuan hidup.

Dalam pernikahan janganlah suami atau Istri masing-masing memiliki dua daerah kerajaan, dimana masing-masing mencari kemauan dan kehormatan sendiri.

Bisakah laki-laki yang kodratnya bersifat aktif dalam seksual hanya memiliki seorang istri saja ?

Jawabnya BISA, dengan cara menyerahkan hati, pikiran, dan nafsu sepenuhnya kepada Allah, serta menjaga mata dan kemaluannya. Perhatikan ayat-ayat berikut.

1) Mereka yang mengaku beriman wajib menahan nafsu seksual,
Al Qur’an ayat 30 surat 24 An Nuur, Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".

2) Beruntunglah orang yang beriman yang menjaga kemaluannya,
Al Qur’an ayat 1-5 surat 23 Al Mu’minun, Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya..,

3) Nafsu yang berasal dari hati manusia selalu menuju kejahatan,
Al Qur’an ayat 53 surat 12 Yusuf, Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

4) Mereka yang takut kepada Tuhan, menahan nafsunya,
Al Qur’an ayat 40 surat 79 An Naazi’aat, Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,

Banyak Ayat-ayat Alkitab dan Al Qur’an yang menasehatkan kepada kita agar menjaga nafsu birahi,

1) Nabi Ayub yang menahan matanya (melihat gadis-gadis),
"Aku telah menetapkan syarat bagi mataku, masakan aku memperhatikan anak dara? “ (Alkitab perjanjian lama kitab Ayub 31:1)

2) Nabi Yusuf yang memelihara kemaluannya dari ajakan selingkuh Zulaikha isteri pejabat mesir,
Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: "Marilah kesini." Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik." Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung. (Al Qur’an ayat 23 surat 12 Yusuf).
3) Jangan tergoda oleh perempuan,
Hai anakku, mengapa engkau berahi akan perempuan jalang, dan mendekap dada perempuan asing? Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasi-Nya. (Alkitab perjanjian lama kitab amsal Sulaiman 5:20-21).

4) Hormati perkawinan,
Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah. (Alkitab perjanjian baru surat kepada orang Ibrani 13:4)

5) Matikan nafsu percabulan,
Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, (Alkitab perjanjian baru surat Paulus kepada jemaat Kolose 3:5).

6) Jangan menginginkan kecantikan,
Janganlah menginginkan kecantikannya dalam hatimu, janganlah terpikat oleh bulu matanya. (Alkitab perjanjian lama kitab amsal Sulaiman 6:25).

Alkitab, Al Qur'an, dan nafsu laki-laki

Ayat Inti : Al Qur’an ayat 30 surat 24 An Nuur, Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".
Manusia dan hewan banyak persamaannya, terlebih dengan “sinpanse”. Persamaan dalan anggota tubuh, dari kaki, kepala, badan, otak, sampai bulu, dimiliki baik oleh manusia maupun hewan, sebab mereka sama-sama makhuk ciptaan Tuhan.

Namun kalau kita perhatikan dalam hal hubungan seksual, manusia dan hewan memliki “persamaan” yang “berbeda”. Sama-sama melakukan hubungan seksual, namun berbeda dalam tempat dan waktu. Hewan melampiaskan nafsunya kapan dan dimana saja. Manusia melampiaskan nafsu “dengan mempertimbangkan” tempat dan waktu.

Nafsu seksual diberikan Tuhan kepada manusia untuk tujuan yang baik yaitu untuk menghasilkan keturunan, Kitab Taurat kejadian 1:27-28 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."

Nafsu seksual sebagai “berhala”.

Kitab Taurat Ulangan 11:16, Hati-hatilah, supaya jangan hatimu terbujuk, sehingga kamu menyimpang dengan beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya.

Zaman jahiliah dahulu berhala berarti patung buatan manusia yang disembah sebagai allah lain. Sekarang ini ini “berhala” dapat diartikan semua hal yang membuat manusia jauh/lupa menyembah Allah yang benar.

Napsu seksual menjadi berhala, bila nafsu itu membuat manusia lupa kepada Tuhan dengan melanggar perintah-Nya.

Perhatikan ayat-ayat yang menyatakan nafsu seksual sebagai “berhala”,

1) Nafsu seksual untuk berzina.
Al Qur’an ayat 32 surat 17 Al Israa’, Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.

2) Nafsu seksual untuk mengawini perempuan lain.
Al Qur’an ayat 50 surat 33 Al Ahzab, Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri-isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, … sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mu'min. …

Niat nafsu laki-laki mengingini wanita selain isteri adalah zina.

Mengawini secara syah wanita selain isteri sendiri akan diawali oleh “niat/keinginan nafsu laki-laki” untuk memiliki wanita itu yang dalam bahasa gaul anak muda saat ini adalah memiliki "teman tapi mesra".

Niat untuk memiliki perempuan lain selain isteri sendiri adalah “pemanjaan nafsu seksual” laki-laki yang seharusnya “dikuasai” oleh akal/pikirannya yang telah diberikan Allah.

Apa kata ayat-ayat Alkitab dan Al Qur’an tentang “niat/keinginan nafsu laki-laki” mengawini wanita lain,

1) “Keinginan/nafsu laki-laki” menurut Al Qur’an,
Al Qur’an ayat 30 surat 24 An Nuur, Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".

Allah mengetahui keadaan “nafsu laki-laki” yang kalau dibiarkan akan merusak perempuan dan keluarga (walaupun dinikahi secara resmi), oleh sebab itu ayat diatas memperingatkan bagaimana seharusnya “nafsu laki-laki” itu dijaga/dipelihara dengan akal dan pikiran yang berikan Allah.

2) “Keinginan/nafsu laki-laki” menurut Kitab Injil,
Injil Matius 5:28 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.

Jauh sebelum ayat Al Qur’an memperingati akan bahaya pemanjaan nafsu laki-laki, nabi Isa melalui kitab Injil-Nya menyatakan hal “niat/keinginan memiliki prempuan lain” itu adalah zina dalam hati. Zina hukumnya haram, dosa kalau dilakukan.

3) “Keinginan/nafsu laki-laki” menurut Kitab Taurat.
Kitab Taurat Keluaran 20:17, Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."

Penjelasan kitab Taurat sama saja dengan kitab-kitab sebelumnya, yaitu “keinginan/niat nafsu laki-laki” dilarang mengingini wanita lain atau hamba perempuan lain.

Firman Allah “melarang” pemanjaan nafsu laki-laki dalam hal mengingini perempuan lain yang bukan isterinya, apalagi sampai menikahinya. Karena sebelum menikahi wanita lain, pria sudah “selingkuh” terlebih dahulu dalam hatinya melalui “keinginan/niat nafsunya akan wanita lain”. Niat dan nafsu memiliki wanita selain isteri adalah zina yang diharamkan Allah.

Problema “keinginan/niat nafsu laki-laki yang telah beristeri” mengingini wanita lain.

1) Terjadi perselingkuhan sebelum pernikahan,
Alkitab perjanjian lama kitab 2 samuel 12:9, Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon.

Ayat diatas menceritakan bagaimana raja Israel Daud, menikahi Betsyeba (isteri Uria). Perselingkuhan “menghina Tuhan”.

2) Terjadi ketidaksetiaan dalam perkawinan.
Alkitab perjanjian lama kitab Mika 2:15 .. Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya.

Ayat diatas menasehati pentingnya “kesetiaan dalam perkawinan”. Ketidaksetiaan tanda orang tidak beriman.
Batasan perselingkuhan memang amatlah tipis. Bahkan, tidak adanya sentuhan bukan berarti tidak terjadi perselingkuhan. Meskipun banyak orang berpendapat sejauh tidak berhubungan seks, tidak ada yang salah, kenyataannya para ahli mengatakan, kesalahannya sangat banyak.

Tidak penting apakah hubungan tersebut akan menjadi lebih parah atau tidak, tetapi yang pasti dan jelas, kita sudah berbohong kepada pasangan. Dan kebohongan tersebut akan berlanjut dari satu kebohongan ke kebohongan-kebohongan lainnya. "Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta", Al Qur'an ayat 10 surat 51 ( Adz Dzaariyaat).

Hal ini sebenarnya merupakan bahaya yang tidak kelihatan dan tidak disadari. Semakin kita merasa aman-aman saja, hubungan kita berpotensi untuk semakin jauh, dan kita semakin berusaha untuk menutupinya. Kita semakin tergantung pada orang ketiga tersebut dan tanpa disadari hal ini menjauhkan kita dari pasangan.

3) Terjadi ketidakadilan dalam kasih sayang.
Al Qur’an ayat 129 surat 4 An Nisaa’, Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri- isteri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, …

Kitab Taurat Ulangan 21:15 "Apabila seorang mempunyai dua orang isteri, yang seorang dicintai dan yang lain tidak dicintainya, dan mereka melahirkan anak-anak lelaki baginya, baik isteri yang dicintai maupun isteri yang tidak dicintai, dan anak sulung adalah dari isteri yang tidak dicintai,

Ayat-ayat diatas jelas, bagaimana terjadinya ketidakadilan dalam praktek poligami. Ketidakadilan bukan sifat orang beriman.

4) Menyakiti hati perempuan,

Nabi SAW marah besar ketika mendengar putri beliau, Fatimah binti Muhammad SAW, akan dimadu oleh Ali bin Abi Thalib. Ketika mendengar rencana itu, Nabi pun langsung masuk ke masjid dan naik mimbar, lalu berseru:
Beberapa keluarga Bani Hasyim bin al-Mughirah meminta izin kepadaku untuk mengawinkan putri mereka dengan Ali bin Abi Thalib. Ketahuilah, aku tidak akan mengizinkan, sekali lagi tidak akan mengizinkan. Sungguh tidak aku izinkan, kecuali Ali bin Abi Thalib menceraikan putriku, kupersilakan mengawini putri mereka. Ketahuilah, putriku itu bagian dariku; apa yang mengganggu perasaannya adalah menggangguku juga, apa yang menyakiti hatinya adalah menyakiti hatiku juga. (Jâmi’ al-Ushûl, juz XII, 162, nomor hadis: 9026).

Posisi wanita.

Wanita itu penolong laki-laki, bukan “isteri muda” laki-laki, perempuan itu pendamping laki-laki, bukan “madu” laki-laki. Wanita itu sepadan dengan laki-laki, bukan “budak” laki-laki, Kitab Taurat Kejadian 2:18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
Wanita dijadikan dari "tulang rusuk laki-laki", memiliki arti sederajat, mitra, penolong dalam kehidupan. Kitab Taurat Kejadian 2:18-23 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki."

Perempuan adalah mitra laki-laki dalam membangun rumah tangga yang baik. Rumah tangga yang baik, akan menghasilkan anak-anak yang baik, anak-anak yang baik akan menghasilkan masyarakat yang baik, masyarakat yang baik akan menghasilkan bangsa yang baik, bangsa yang baik akan mengasilkan kehidupan yang baik.

Nasihat akan pemuka agama palsu.

Alkitab perjanjian baru surat-1 Paulus kepada jemaat korintus 6:10, Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

Mereka yang menganjurkan hidup soleh, namun mengumbar napsu seksualnya adalah pemuka agama palsu. Jauhkanlah anak-anak kita dari ajaran mereka.

10 December 2006

Al Qur'an dan hari Natal

Ayat Inti: Al Qur’an ayat 45 surat 3 Ali Imran, (Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih `Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),

Al Qur’an mencatat kelahiran nabi Isa (Yesus) yang oleh orang nasrani dirayakan sebagai hari natal.

Natal atau kelahiran Yesus, telah dicatat dalam kitab-kitab terdahulu, Taurat , Injil, dan juga dalam Al Qur’an. Berikut ayat-ayat tentang hari natal tersebut,

1) Natal dalam Al Qur’an.
Al Qur’an ayat 23 surat 19 (Maryam), Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.

Ayat Al Qur’an di atas tidak hanya menyebutkan kelahiran nabi Isa (natal), namun juga menyebutkan bahwa nabi Isa itu wafat dan “dibangkitkan” hidup kembali.

2) Ramalan (nubuat/nubuwwah) natal telah ada pada zaman bangsa Israel (750 SM),
Alkitab perjanjian lama kitab nabi Yesaya 7:14, Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.

Nabi Isa disebut “Imanuel” (bahasa Ibrani) yang dalam bahasa Indonesia berarti “Allah beserta kita”, sebab “Rohul Qudus/Roh Allah” ada dalam diri-Nya. Al Qur’an ayat 87 Surat 2 (Al Baqarah),..dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu`jizat) kepada `Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul-Qudus. …

3) Natal dalam kitab Injil.
kitab Injil Lukas 1:35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.

Kitab Injil mencatat bahwa nabi Isa yang baru lahir itu adalah “anak kudus, Anak Allah”. “Anak kudus” berarti anak suci,. “Anak Allah berarti “kuasa Allah ada dalam diri-Nya, sebab Roh Qudus turun keatas-Nya.

Arti hari Natal (kelahiran nabi Isa).

Al Qur’an ayat 159 surat 4 An Nisaa’, Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (`Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti `Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.

Seorang nabi diperingati hari kelahirannya karena telah membawa khabar dari Allah yang memberikan pengetahuan akan Allah yang benar, dan membawa pengetahuan tentang hal-hal yang baik yang harus dilakukan manusia.

Kelahiran nabi Isa (natal), diperingati bukan hanya karena ajaran-ajaran-Nya yang kontroversial (berlawanan, seperti mendoakan musuh kita , mengasihi orang yang berbuat jahat kepada kita, hal haram bukan yang masuk ke dalam mulut, dll) , tetapi juga karena nabi Isa yang telah lahir itu akan datang pada hari kiamat, dan menyelamatkan (menghapus dosa) orang yang percaya kepada-Nya.

Kita lihat catatan ayat kitab-kitab tentang arti hari natal (kelahiran nabi Isa),

1) Hari natal menyatakan kedatangan nabi Isa pada hari kiamat.
Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim 93 Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Demi Allah! Sesungguhnya telah hampir masanya Nabi Isa bin Mariam turun kepada kamu untuk menjadi hakim secara adil…

2) Hari natal memberi pengetahuan tentang hari kiamat.
Al Qur’an ayat 61 surat 43 Az Zukhruf, Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.

3) Hari natal memberi jaminan kepada mereka yang percaya kepada nabi Isa.
Al Qur’an ayat 55 surat 3 Ali Imran, (Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai `Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. ..

4) Hari natal memberi pengetahuan tentang adanya Ruhul Qudus.
Al Qur’an ayat 110 surat 5 Al Maa-idah, (Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai `Isa putra Maryam, ingatlah ni`mat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus….

5) Hari natal memberi pengetahuan tentang pekerjaan nabi Isa.
Al Qur’an ayat 110 surat 5 Al Maa-idah, …Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku…

6) Hari natal menyatakan bahwa nabi Isa telah diangkat ke sorga (kepada Allah).
Al Qur’an ayat 158 surat 4 An Nisaa’, Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat `Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Alkitab perjanjian baru kisah para rasul 1:9-11, Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."
7) Natal merupakan “hidangan” yang dirayakan.
Al Qur’an ayat 114-115 surat 5 (Al Maidaah), Isa putra Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezekilah kami, dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama". Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barang siapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia".

Ayat di atas menyatakan nabi Isa memohon “hidangan” dari langit, dan Allah menjawab akan memberikan “hidangan” itu.

Untuk melihat arti “hidangan” kita baca kitab Injil Yohanes 6 : 35, 50-51 Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi…. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati… Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."

Nabi Isa (Yesus) yang telah lahir itu adalah “roti” yang turun dari surga yang membuat “tidak lapar” (tidak mati) siapa yang percaya kepada-Nya, dan memberikan “daging” (tubuh-Nya yang di salib) untuk keselamatan dunia yang mau percaya.
8) Hari natal memberi jaminan keselamatan dari dosa.

Kitab Injil Matius 1:21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."

Kitab Injil Yohanes 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

04 December 2006

Kurban

Ayat Inti : Al Qur’an ayat 196 surat 2 Al Baqarah, Dan sempurnakanlah ibadah haji dan `umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. ..

Penyembelihan hewan kurban biasanya kita lihat bersamaan dengan perayaan lebaran haji. Penyembelihan kurban didasarkan pada peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim terhadap putranya, ketika Allah mencobai ketaatannya.

Al Qur’an ayat 102,103,107 surat 37 Ash Shaaffaat, Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.

Peristiwa Nabi Ibrahim ini juga tercatat dalam Kitab Taurat Kejadian 22:2,9-13, Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan." Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku." Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.

Jauh sebelum Nabi Ibrahim, peristiwa peyembelihan kurban sudah dilakukan. Berikut catatan Alkitab tentang penyembelihan kurban,

1) Anak-anak Nabi Adam memberikan kurban kepada Allah,
Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (Al Qur’an ayat 27 surat 5 Al Maa-idah).

Hal tersebut juga dicatat dalam kitab Taurat Kejadian 4:3-5, Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.

2) Nabi Nuh, mempersembahkan kurban sebagai ucapan syukur terlepas dari bencana air bah (banjir),
Kitab Taurat Kejadian 8:20, Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu.

3) Nabi Ayub juga menyembelih kurban sebagai penghapus kesalahan anak-anaknya,
Alkitab perjanjian lama kitab Ayub 1:5 Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: "Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati." Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa.

4) Nabi Daud menyatakan bahwa Allah berkenan akan korban,
Kitab Zabur (Mazmur) 51:19, Maka Engkau akan berkenan kepada korban yang benar, korban bakaran dan korban yang terbakar seluruhnya; maka orang akan mengorbankan lembu jantan di atas mezbah-Mu.

Menurut sejarah kuno, kurban adalah upacara persembahan/pemberian kepada dewa karena manusia menganggap dewa memerlukan makanan. Kurban dianggap sebagai tanda takluk atau penghormatan, sebagai pemohon berkat, dan sebagai penolak malapetaka. Kurban bisa dianggap sebagai perbuatan pengganti untuk membersihkan dari kenajisan/dosa.

Kurban pada zaman Nabi Musa.

Tradisi kurban yang turun-temurun sejak Nabi Adam terus berlanjut sampai kepada Nabi Musa. Pada zaman Nabi Musa Allah memperjelas dan melengkapi hal-hal yang berkaitan dengan kurban. Secara umum kurban pada zaman nabi Musa adalah persembahan yang berupa ternak yang diserahkan kepada Allah.

Berikut jenis-jenis kurban yang diberikan Tuhan kepada Nabi Musa,

1) Kurban persembahan,
Kitab Taurat Imamat 1:1-2 TUHAN memanggil Musa dan berfirman kepadanya dari dalam Kemah Pertemuan: "Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Apabila seseorang di antaramu hendak mempersembahkan persembahan kepada TUHAN, haruslah persembahanmu yang kamu persembahkan itu dari ternak, yakni dari lembu sapi atau dari kambing domba.

2) Kurban keselamatan,
Kitab Taurat Imamat 3:1 "Jikalau persembahannya merupakan korban keselamatan, maka jikalau yang dipersembahkannya itu dari lembu, seekor jantan atau seekor betina, haruslah ia membawa yang tidak bercela ke hadapan TUHAN.

3) Kurban penebus dosa,
Kitab Taurat Imamat 6:1-6 TUHAN berfirman kepada Musa: "Apabila seseorang berbuat dosa dan berubah setia terhadap TUHAN,.., Sebagai korban penebus salahnya haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai, menjadi korban penebus salah, dengan menyerahkannya kepada imam.

Allah melengkapi pelaksanaan kurban dengan memberikan tujuan dari kurban itu yaitu jika kita ingin memberikan sesuatu persembahan kepada Tuhan kita menyembelih kurban, atau jika kita hendak memohon keselamatan dari Tuhan, kita memotong kurban, bahkan Allah menyatakan jika kita berbuat dosa, maka dosa kita dapat dihapus/ditebus dengan melaksanakan kurban.

Aneh, bahwa dosa dapat ditebus/dihapus oleh darah binatang !

Perhatikan ayat-ayat berikut, Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa (Alkitab perjanjian baru surat kepada orang Ibrani 10:4). Al Qur’an juga menyatakan hal yang sama tentang ini, Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al Qur’an ayat 37 surat 22 Al Hajj),
Nyawa ada di dalam darah.
Kitab Taurat Imamat 17:11, “Karena nyawa makhluk ada di dalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa “ .
Konsep kurban pada zaman nabi Musa adalah menyangkut "nyawa" makhluk yang didamaikan karena dosa/kesalahannya. Ada istilah "nyawa ganti nyawa" untuk menebus suatu kesalahan/dosa. Oleh sebab itu untuk menebus kesalahan, harus ada "nyawa" makhluk yang dikurbankan melalui penumpahan darah (penyembelihan kurban).
Kurban sebagai penyucian lahiriah dan peringatan akan dosa.

1) Kurban menyucikan secara lahiriah,
Alkitab perjanjian baru surat kepada orang Ibrani 9:13 Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah,

2) Kurban memperingatkan akan dosa,
Alkitab perjanjian baru surat kepada orang Ibrani 10:3 Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa.

Dengan demikian kurban yang kita lakukan adalah penyucian secara lahiriah dan mengingatkan kita tentang dosa-dosa yang telah kita lakukan. Sebab memang tidak mungkin dosa yang berada di dalam hati dan pikiran manusia dapat hilang/dihapus oleh darah sapi/domba/unta. Sesuatu yang ada didalam batin/jiwa manusia tidak dapat dihilangkan secara lahiriah. Jadi kurban adalah lambang lahiriah dimana kita dapat bersyukur, memperoleh ampunan dosa, dan keselamatan dari Allah serta mengingatkan kita akan dosa yang telah kita lakukan.

Darah kurban yang menghapuskan dosa batiniah manusia.

Kitab Injil Matius 26:28 Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.

Darah siapa yang telah ditumpahkan untuk pengampunan dosa batiniah banyak orang itu ?

Kitab Injil Matius 1:21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."

Alkitab perjanjian baru surat kepada orang Ibrani 9:14 betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.

Kitab Injil Markus 2:5-10 Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa"..

Jadi Dia yang bernama Yesus (Nabi Isa), Anak Manusia, adalah Kurban yang darah-Nya menghapus dosa batiniah manusia. Hal ini sesuai pernyataan Al Qur’an bahwa nabi Isa adalah seorang yang terkemuka di dunia dan akhirat (kehidupan setelah kematian), (Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih `Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), (Al Qur’an ayat 45 surat 3 Ali Imran).

Mengapa penebusan dosa harus dengan pertumpahan darah (kurban) ?

Al Qur’an ayat 81 surat 2 Al Baqarah, (Bukan demikian), yang benar, barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

Al Qur’an menyatakan mereka yang berdosa akan masuk neraka kekal, hal ini berarti kematian kekal, sesuai dengan pernyataan kitab Taurat dan Injil berikut,

Kitab Taurat Kejadian 2:16-17 Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."

Alkitab perjanjian baru surat Paulus kepada jemaat Roma 6:23 Sebab upah dosa ialah maut; …
Allah berfirman kepada Nabi Adam “jangan makan buah larangan” nanti engkau akan mati. Saat Nabi Adam dan isterinya melanggar firman Tuhan, mereka berdosa. Secara fisik mereka tidak mati saat itu, tapi rohani mereka sudah mati. Mereka tidak dapat bersama dengan Allah, sebab Allah tidak dapat bersama dengan orang yang berdosa. Allah itu Maha Suci. Yang Maha Suci tidak dapat bersama dengan yang berdosa.

Baik Al Qur’an, kitab Taurat, dan Alkitab, menyatakan bahwa manusia yang berdosa akan mengalami kematian kekal. Dengan demikian untuk bebas dari kematian kekal tersebut harus ada pegampunan dosa manusia melalui (dengan cara) kematian (penumpahan darah), Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan. (Alkitab perjanjian baru surat kepada orang Ibrani 9:22).

Dapatkah penebusan dosa melalui amal-saleh (kebajikan) manusia ?

1) Manusia yang beriman memohon ampun dan rahmat Allah,
Al Qur’an ayat 16 surat 3 Ali Imran, (Yaitu) orang-orang yang berdo`a: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,"

Al Qur’an ayat 118 surat 23 Al Mu’minuun, Dan katakanlah: "Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling baik."

2) Yusuf tidak dapat membebaskan diri dari kesalahan,
Al Qur’an ayat 53 surat 12 Yusuf, Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

3) Manusia bersih karena karunia dan rahmat Allah,
Al Qur’an ayat 21 surat 24 An Nuur, Hai orang-orang yang beriman…. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya,..

Karena manusia berdosa kepada Allah, maka yang dapat membersihkan dosa manusia adalah Allah melalui rahmat-Nya, bukan kelakuan/tabiat manusia. Jadi pengampunan dosa adalah hak/rahmat Allah, bukan hak manusia dengan amal-saleh (kebajikannya).

Hal ini sesuai dengan ayat-ayat dalam kitab Taurat, Zabur, dan Injil.

1) Manusia memohon kasih karunia dan ampunan Allah,
Kitab Taurat keluaran 34:9 serta berkata: "Jika aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, ya Tuhan, berjalanlah kiranya Tuhan di tengah-tengah kami; sekalipun bangsa ini suatu bangsa yang tegar tengkuk, tetapi ampunilah kesalahan dan dosa kami; ambillah kami menjadi milik-Mu."

2) Manusia memohon kelepasan Allah,
Kitab Zabur (Mazmur) 79:9 Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama-Mu! Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami oleh karena nama-Mu!

3) Allah yang menghapus dosa,
Kitab Injil Markus 2:7,10 "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" --

4) Manusia diselamatkan oleh kasih karunia pemberian Allah,
Alkitab perjanjian baru surat Paulus kepada jemaat Epesus 2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,

Dalam pengampunan dosa, Allah tidak dapat dipengaruhi oleh perbuatan manusia.

1) Allah mengampuni siapa yang dikehendaki,
Al Qur’an ayat 284 surat 2 Al Baqarah, …. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

2) Perbuatan manusia hanya mempengaruhi manusia,
Al Qur’an ayat 7 surat 17 Al Israa’, Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri,

Al Qur’an ayat 286 surat 2 Al Baqarah, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya…

Pernyataan ayat-ayat Al Qur’an diatas sesuai dengan pernyataan nabi Ayub,

Alkitab perjanjian lama kitab Ayub 35:6-8 Jikalau engkau berbuat dosa, apa yang akan kaulakukan terhadap Dia? Kalau pelanggaranmu banyak, apa yang kaubuat terhadap Dia? Jikalau engkau benar, apakah yang kauberikan kepada Dia? Atau apakah yang diterima-Nya dari tanganmu? Hanya orang seperti engkau yang dirugikan oleh kefasikanmu dan hanya anak manusia yang diuntungkan oleh kebenaranmu.

Al Qur'an, kebebasan, dan pluralitas

Ayat Inti: Al Qur’an ayat 48 surat 5 (Al Maidaah), ….. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,
Al Qur’an ayat 22 surat 30 (Ar Ruum), Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.

Pluralitas adalah mengakui adanya perbedaan dalam segi kehidupan manusia (kebudayaan, sosial, agama). Ayat diatas menyatakan bahwa “kalau Allah mau” semua manusia dijadikan “satu umat” dan Allah tidak melakukan hal itu (menjadikan semua manusia satu umat), karena berlawanan dengan sifat-Nya.

Oleh sebab itu akan bertentangan dengan firman-Nya bila ada kelompok manusia yang berusaha menjadikan semua orang “menjadi satu umat, satu kebudayaan, satu keadaan sosial, dan bahkan satu agama”.

Al Qur’an dan kebebasan beragama.

Al Qur’an ayat 1-6 surat 109 (Al Kaafirun), Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".

Ayat ini berbicara tentang orang kafir. Al Qur’an memberikan kebebasan kepada orang kafir untuk menyembah allah mereka, dan kepada Muhammad (aku) untuk menyembah Allah. Al Qur’an juga menegaskan biarlah orang kafir berbakti kepada agamanya, dan Muhammad (aku) memeluk agamanya.

Kalau Al Qur’an memberikan kebebasan penyembahan Allah dan beragama kepada orang-orang kafir (tidak percaya Allah yang benar), maka terlebih kepada mereka yang beragama Tauhid (Yahudi, Nasrani, Islam) akan diberikan seluas-luasnya dalam hal menjalankan agamanya.

Al Qur’an memberikan kesempatan.

Al Qur’an ayat 8-18 Surat 77 Al Mursalaat, Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan, dan apabila langit telah dibelah, dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu, dan apabila rasul-rasul telah ditetapkan waktu (mereka). (Niscaya dikatakan kepada mereka:) "Sampai hari apakah ditangguhkan (mengazab orang-orang kafir itu)?" Sampai hari keputusan, Dan tahukah kamu apakah hari keputusan itu?, Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan, bukankah kami telah membinasakan orang-orang yang dahulu? Lalu Kami iringkan (azab Kami terhadap) mereka dengan (mengazab) orang-orang yang datang kemudian. Demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berdosa.

Orang kafirpun Allah beri kesempatan sebelum mereka disiksa di api neraka. Kita yang beriman kepada Allah akan memperaktekkan apa yang telah diperintahkan dalam ayat-ayat suci Al Qur’an diatas, yaitu memberikan “kesempatan, menghormati, dan menghargai” mereka yang tidak sepaham, tidak seagama, bahkan kepada mereka yang kafir sekalipun.

Al Qur’an mengakui adanya agama yang berbeda.

Al Qur’an ayat 106 surat 5 (Al Maidaah), Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan dimuka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah sembahyang (untuk bersumpah), lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu-ragu: "(Demi Allah) kami tidak akan menukar sumpah ini dengan harga yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib kerabat, dan tidak (pula) kami menyembunyikan persaksian Allah; sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang yang berdosa".

Orang yang memberikan surat wasiat (warisan, atau penyerahan harta kepada anak) biasanya melakukannya pada saat sebelum menjelang ajal/kematian. Bila saat malaikat maut menjemput, sementara kita ingin membuat surat wasiat, sedangkan orang/saudara seagama/seiman tidak ada yang akan dijadikan saksi, maka Al Qur’an membolehkan mengambil saksi dari orang lain yang tidak seagama/seiman dengan kita.

Hal ini mengartikan Al Qur’an mengakui saksi dari orang-orang yang tidak seagama, dan berarti pula mengakui agama lain selain agama yang kita anut.

Kita tidak dapat bersikap pada suatu saat “tidak mengakui agama orang lain”, namun pada saat yang lain “boleh mengakui adanya agama orang yang lain”.

Al Qur’an menyatakan adanya syari’at yang berbeda.

Al Qur’an ayat 67 surat 22 (Al Hajj), Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari'at tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari'at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.

Syari’at (ketentuan/aturan tentang berkehidupan) diturunkan Allah kepada manusia berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan zamannya. Syari’at pada zaman nabi Musa berbeda dengan syari’at pada zaman nabi Muhammad.

Contoh, syari’at kurban yang dilakukan pada zaman nabi Musa, berbeda dengan syari’at kurban yang dilakukan pada zaman nabi Muhammad. (lihat pelajaran tentang kurban)

Kurban pada zaman Nabi Musa (bani Israel) menekankan pelaksaaan kurban berkenaan dengan keampunan dosa seseorang. Sedangkan pada zaman nabi Muhammad kurban dilakukan pada saat perayaan Haji untuk memperingati pengorbanan nabi Ibrahim saat dicobai oleh Allah untuk menyembelih anaknya sebagai kurban.

Jika Al Qur’an menyatakan bahwa Allah memberikan syari’at yang berbeda kepada satu umat dengan umat yang lainnya, mengapa kita berusaha untuk menyatukan “satu syariat untuk semua umat” ?

Al Qur’an memberi pilihan, bukan paksaan.

Al Qur’an ayat 256 surat 2 (Al Baqarah), Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Al Qur’an menyatakan, telah jelas jalan yang benar dan yang sesat. Manusia diberikan pilihan untuk menjalaninya. Oleh sebab itu firman-Nya menyatakan “tidak boleh ada paksaan dalam agama”. Artinya Allah memberi pilihan kepada semua manusia untuk menyembah-Nya atau tidak, dengan akibat yang akan ditanggung manusia sebagai akibat dari pilihannya.

Sementara Al Qur’an menyatakan adanya pluralitas (agama yang berbeda, syari’at yang berbeda , umat/bangsa yang berbeda), manusia menginginkan satu agama, satu syari’at, dan satu umat.

Sementara Al Qur’an menyatakan adanya kebebasan (pemberian kesempatan, pemilihan agama, dan tidak boleh ada paksaan), manusia memaksakan agamanya kepada orang lain.

Halal dan haram

Ayat Inti : Al Qur’an ayat 173 Surat 2 (Al Baqarah), Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Qur’an ayat 90 Surat 5 Al Maaidah, Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.

Allah menginginkan manusia suci lahir (perbuatan) dan batin (hati), namun sejak manusia berdosa, dunia ini berada dalam pengaruh Iblis, sehingga ada hal-hal yang jahat, ada hal-hal yang haram. Allah memberitahukan manusia untuk menghindari hal tersebut, agar manusia tetap suci dihadapan-Nya.

Makanan dan minuman yang haram.

Surat Al Baqarah banyak mengutip kisah nabi-nabi (Adam, Nuh, Ibrahim, Yusuf, Musa, dll) dan kehidupan bangsa Israel yang terdapat dalam kitab Taurat. Mulai dari tata cara ibadah (menghormati hari sabtu) sampai kepada makanan yang halal dan yang haram.

Berikut Firman Allah yang diturunkan kepada bangsa Israel melalui Nabi Musa (kitab Taurat) tentang makanan yang haram,

1) Binatang darat yang tidak memamah biak atau kukunya tidak terbelah, haram,
Kitab Taurat Imamat 11:4-8 Tetapi inilah yang tidak boleh kamu makan dari yang memamah biak atau dari yang berkuku belah: unta, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram itu bagimu. Juga pelanduk, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram itu bagimu. Juga kelinci, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah, haram itu bagimu. Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan bangkainya janganlah kamu sentuh; haram semuanya itu bagimu.

2) Ikan yang tidak bersirip dan bersisik, haram,
Kitab Turat Ulangan 14:9-10 Inilah yang boleh kamu makan dari segala yang hidup di dalam air; segala yang bersirip dan bersisik boleh kamu makan, tetapi segala yang tidak bersirip atau bersisik janganlah kamu makan; haram semuanya itu bagimu.

Ikan yang tidak bersisik , Lele, cumi-cumi, udang dll, haram.

3) Burung buas pemakan daging, haram,
Kitab Taurat Ulangan 14:12-18 Tetapi yang berikut janganlah kamu makan: burung rajawali, ering janggut dan elang laut; elang merah, elang hitam dan burung dendang menurut jenisnya; setiap burung gagak menurut jenisnya; burung unta, burung hantu, camar dan elang sikap menurut jenisnya; burung pungguk, burung hantu besar, burung hantu putih; burung undan, burung ering dan burung dendang air; burung ranggung, dan bangau menurut jenisnya, meragai dan kelelawar.

4) Makan darah, haram,
Kitab Taurat Imamat 17:12 Itulah sebabnya Aku berfirman kepada orang Israel: Seorangpun di antaramu janganlah makan darah. Demikian juga orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu tidak boleh makan darah.

5) Minuman keras dilarang,
Kitab Taurat Imamat 10:9 "Janganlah engkau minum anggur atau minuman keras, engkau serta anak-anakmu, bila kamu masuk ke dalam Kemah Pertemuan, supaya jangan kamu mati. Itulah suatu ketetapan untuk selamanya bagi kamu turun-temurun.

6) Minuman keras memabukkan,
Kitab Amsal Nabi Sulaiman 20:1 Anggur adalah pencemooh, minuman keras adalah peribut, tidaklah bijak orang yang terhuyung-huyung karenanya.

7) Nabi Isa (Yesus) tidak minum minuman keras,
Kitab Injil Lukas 1:15 Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya;

Makanan haram sudah ada sejak zaman Nabi Nuh.

Kitab Taurat Kejadian 7:2 Dari segala binatang yang tidak haram haruslah kauambil tujuh pasang, jantan dan betinanya, tetapi dari binatang yang haram satu pasang, jantan dan betinanya;

Ketika nabi Nuh akan memasuki bahtera (perahu), Allah memerintahkan untuk memasukkan juga binatang yang halal 7 pasang, dan yang haram 1 pasang ke dalam bahtera, agar binatang-binatang tersebut selamat dari air bah.
Makanan manusia pada mulanya.

Kitab Taurat Kejadian 1:29 Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.

Makanan manusia yang diFirmankan Allah sebelum jatuh dalam dosa adalah sayuran dan buah-buahan. Kenapa ? Ia yang penciptakan manusia tentu tahu apa yang baik dimakan oleh manusia. Oleh sebab itu saat ini orang mulai tahu sehatnya makan sayur dan buah-buahan, bukan daging. Tuhan menciptakan usus hewan pemakan sayur lebih panjang dari hewan yang memakan daging. Karena dosa kita tidak dapat lagi mengendalikan nafsu makan, dengan demikian penyakit mudah menyerang, dan usia manusia semakin pendek.

Jadi untuk masalah kesehatan dan penyakit yang menyangkut makanan yang dimakan manusia bukan hanya makanan yang haram saja yang dapat membawa penyakit, makanan yang halalpun dapat membawa penyakit, yang akhirnya merusak tubuh kita. Bersalahkah kita kepada Allah jika karena nafsu makan yang tak terkendali kita merusak tubuh kita sendiri ?

Hukuman bagi mereka yang memakan makanan yang diharamkan Allah.

Alkitab perjanjian lama kitab Yesaya 66:17, Mereka yang menguduskan dan mentahirkan dirinya untuk taman-taman dewa, dengan mengikuti seseorang yang ada di tengah-tengahnya, yang memakan daging babi dan binatang-binatang jijik serta tikus, mereka semuanya akan lenyap sekaligus, demikianlah firman TUHAN.

Hal lain yang menjadikan manusia haram.

1) Berbuat keji, melanggar hak manusia,
Quran ayat 33 surat 7 (Al A’raaf), Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui".

2) Makan /minum yang berlebihan,
Al Qur’an ayat 31 surat 7 Al A’raaf, …, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

3) Yang keluar dari mulut,
Kitab Injil Matius 15:11, 17-19 "Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang." Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban? Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.

Dari ayat-ayat diatas terlihat jelas bahwa manusia menjadi haram dihadapan Allah bukan hanya karena apa yang dimakan dan diminumnya melainkan juga karena kelakuan dan perbuatannya. Tuhan Maha Mengetahui.

01 December 2006

Orang-orang kafir


Ayat Inti : Al Qur’an ayat 6 Surat 2 (Al Baqarah) Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman.

Orang-orang kafir adalah mereka yang tidak mau percaya akan Firman Allah, walaupun mereka sudah diberi peringatan/khabar.

Ayat-ayat berikut menggambarkan keadaan orang/golongan kafir,

1) Orang yang kafir segolongan dengan Iblis,
Al Qur’an ayat 34 Surat 2 (Al Baqarah) Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.

2) Quraisy suku bangsa Arab yang kafir,
Al Qur’an ayat 39 Surat 8 (An Anfaal) orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.

3) Orang kafir orang yang musyrik,
Al Qur’an ayat 80 Surat 5 (Al Maaidah) , Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan.

4) Orang kafir orang yang zalim,
Al Qur’an ayat 254 Surat 2 (Al Baqarah) Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa`at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.

5) Orang kafir, tidak beriman.
Al Qur’an ayat 55 Surat 8 (Al Anfaal), Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk disisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.

6) Orang kafir, mempersekutukan (menyamakan) Allah dengan sesuatu (berhala).
Al Qur’an ayat 1 Surat 6 (Al An’aam), Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.

Kitab Taurat, Zabur, dan Injil, menjelaskan tentang orang-orang kafir,

1) Orang kafir adalah orang/bangsa yang masih menyembah berhala,
Kitab Taurat Bilangan 23:9 Sebab dari puncak gunung-gunung batu aku melihat mereka, dari bukit-bukit aku memandang mereka. Lihat, suatu bangsa yang diam tersendiri dan tidak mau dihitung di antara bangsa-bangsa kafir.
Kitab Taurat Bilangan 23:23-24 Sebab malaikat-Ku akan berjalan di depanmu dan membawa engkau kepada orang Amori, orang Het, orang Feris, orang Kanaan, orang Hewi dan orang Yebus, dan Aku akan melenyapkan mereka. Janganlah engkau sujud menyembah kepada allah mereka atau beribadah kepadanya,

2) Orang-orang fasik tidak kenal Allah,
Kitab Zabur (Mazmur) 36:1 Untuk pemimpin biduan. Dari hamba TUHAN, dari Daud. Dosa bertutur di lubuk hati orang fasik; rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu,
Kitab Zabur (Mazmur) 10:4 Kata orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas: "Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!", itulah seluruh pikirannya.


3) Orang yang masih dalam kegelapan (melakukan hal-hal yang jahat),
Kitab Injil Yohanes 3:19-21 … Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu,…; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang..."
Kitab Injil Yohanes 8:12 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."

Dari ayat-ayat diatas kita dapat melihat pengertian orang kafir adalah orang yang tidak beriman, mempersekutukan Tuhan dengan berhala, musyrik, zalim, fasik, dan mereka yang masih dalam kegelapan (melakukan kejahatan).

Memperlakukan orang kafir.

Al Qur’an ayat 123 surat 9 (At Taubah), Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.

Surat At Taubah termasuk surat yang tidak basmalah (bernafaskan perdamaian dan cinta kasih Allah), karena surat itu turun setelah Nabi Muhammad kembali dari perang Tabuk pada tahun 9 H. Dengan demikian ayat diatas menyatakan kondisi saat itu (zaman itu).

Selama Nabi Muhammad s.a.w menyiarkan agama Islam terjadi beberapa peperangan untuk mempertahankan agama Islam, yaitu perang Badr th-2H (melawan suku Quraisy), perang Uhud th-3H (melawanYahudi), Perang Al Ahzaab/Khandaq th-5H (melawan bani Asya’,Nadhir), perang Mu’tah th-8H (melawan Romawi), perang Tabuk th-9H (melawan Romawi). Nabi Muhammad s.a.w wafat th-11 H, dalam usia 63 th.

Memerangi orang kafir juga terdapat dalam Alkitab perjanjian lama, yaitu dalam Alkitab perjanjian lama kitab 1 Samuel 15:2-3, Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir. Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai."

Setelah Saul mendapat jabatan raja pertama atas Israel (th-1030 Sebelum Masehi), Ia berperang melawan suku-suku yang tidak menyembah Allah di tanah Palestina seperti Moab, bani Amon, Edom, raja-raja negeri Zoba dan orang Filistin (Palestina).

Ayat-ayat Al Qur’an dan Alkitab yang menyatakan memerangi orang kafir, diturunkan dalam suasana peperangan. Pada dasarnya peperangan menimbulkan pembunuhan yang dilarang (diharamkan) Allah (Al Qur’an ayat 33 surat 17 Al Israa, janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), dalam kitab Taurat juga dilarang membunuh dengan alasan apapun, Kitab Taurat Keluaran 20: 13 Jangan membunuh.

Tidak mungkin Allah menyuruh umat manusia untuk saling membunuh hanya karena ada segolongan manusia yang tidak mau menyembah-Nya (kafir). Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Jika Allah mau, Ia bisa menyatukan semua orang untuk menyembah-Nya, namun Allah tidak ingin seluruh manusia bersatu menyembah-Nya karena paksaan. Al Qur’an ayat 118 Surat 11 (Huud), Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, ini sesuai juga dengan ayat Alkitab perjanjian lama kitab Yosua 24:15 Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah;

Orang yang tidak mau beriman kepada Allah janganlah dibunuh melainkan diberikan kesempatan, diberikan kabar kesukaan bahwa ada Allah yang benar.

Berikut ayat-ayat bagaimana Allah memperlakukan orang kafir,

1) Ma’afkan, biarlah Allah yang bertindak,
Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma`afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al Qur’an ayat 109 surat 2 Al Baqarah)

2) Bersikap lemah lembut, mohon keampunan untuk mereka,
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Al Qur’an ayat 159 surat 3 Ali Imran)

3) Bersabar dan bertakwa,
ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda. (Al Qur’an ayat 125 surat 3 Ali Imran)

4) Allah menangguhkan azab (siksa) orang kafir sampai mereka bertobat,
Dan ada (pula) orang-orang lain yang ditangguhkan sampai ada keputusan Allah; adakalanya Allah akan mengazab mereka dan adakalanya Allah akan menerima taubat mereka. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Al Qur’an ayat 106 surat 9 At Taubah)

Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan, dan apabila langit telah dibelah, dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu, dan apabila rasul-rasul telah ditetapkan waktu (mereka). (Niscaya dikatakan kepada mereka:) "Sampai hari apakah ditangguhkan (mengazab orang-orang kafir itu)?" Sampai hari keputusan, Dan tahukah kamu apakah hari keputusan itu?, Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan, bukankah kami telah membinasakan orang-orang yang dahulu? Lalu Kami iringkan (azab Kami terhadap) mereka dengan (mengazab) orang-orang yang datang kemudian. Demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berdosa. (Al Qur’an ayat 8-18 Surat 77 Al Mursalaat)


Ayat-ayat Al Qur’an diatas terdapat pula dalam kitab Taurat, Zabur, dan Injil,

1) Orang asing (bukan segolongan) jangan ditindas,
Kitab Taurat Keluaran 22:21 "Janganlah kautindas atau kautekan seorang orang asing, sebab kamupun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir.

2) Jangan marah dan iri terhadap yang jahat,
Kitab Zabur (Mazmur) 37:1 Dari Daud. Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang;

3) Doakan musuh-musuh kita,
Kitab Injil Matius 5:43-47 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?

Maha besarlah Allah yang menyayangi orang-orang yang tidak menyayangi-Nya. Terpujilah Allah yang memberikan matahari dan hujan kepada orang-orang yang tidak menyembah-Nya (kafir). Dalam hal ini manusia beriman wajib mengikutinya.